The day of Conference

Kamis, 15 Agustus 2013

Pagi itu, 7 Desember 2012 aku sengaja bangun lebih awal. Setelah selesai sholat subuh kembali aku membuka laptop untuk membuka file-fileku. Yah…semalam tidurku tidak nyenyak. Aku terus terbanyang akan apa yang bakal terjadi di hari ini. Perasaan gugup seperti tak ingin lepas dari benakku. Aku tengok disebelahku, Roki masih tertidur pulas. Roki lebih sedikit tenang karena dia hanya presentasi dalam bentuk poster yang dipajang di hall. Sedangkan aku, aku harus berdiri di depan forum dalam ruangan untuk mempresentasikan paperku.
 
Setelah kurasa cukup, aku menuntup laptopku dan bergegas mandi. Waktu sudah menunjukkan jam 05.30 waktu setempat. Kami harus sampai GP Grand Tower Hotel tempat dihelatnya conference jam  07.00. Setelah mandi aku membangunkan Roki dan memintanya bergegas siap-siap. Adalah baju batik berwarna ungu dan celana kain warna hitam pilihanku untuk agenda International conference pertamaku ini. Aku sengaja memilih batik karena batik memang menjadi salah satu ciri khas Indonesia di mata Internasional pikirku.

Tidak sempat sarapan. Pak Patja salah satu panitia AASIC langsung menghampiri kami dan mengajak kami berangkat bersama ke lokasi konferensi. Tidak mau pikir panjang kami pun mengiyakannya. Pak Patja mengajak kami ke Sokhla university dulu karena dia bilang banyak panitia yang berkumpul disana. Itulah kala pertama aku berkunjung ke salah satu universitas terkenal di Thailand itu. Sekilas aku tengok kanan kiri, memang kampus ini sangat luas dan bangunannya cukup megah. Entah seperti apa dalamnya aku tak bisa menengoknya pagi itu karena aku harus segera berangkat ke tempat konferensi.

Sesampainya di post panitia AASIC, ternyata semua panitia telah berangkat. Kami pun harus berjuang mencari angkutan untuk bisa mencapai BP Grand Tower Hotel. Adalah Tuks-tuks, angkutan khas kota Hat Yai yang menjadi pilihan kami. Tuks-tuks adalah semacam kendaraan pick up kecil yang ditutup belakangnya untuk tempat duduk penumpang. Pak Patja mengantarkan kami ke post tuks-tuks. Setelah bernegosiasi dengan alotnya, akhirnya ketemu juga kesepakatan harga. Jelas lebih murah bila dibandingkan dengan taksi.hehe…Kami pun segera naik tuks-tuks itu. Disepanjang jalan aku menikmati keindahan kota Hat Yai lewat bilik-bilik tuks-tuks. 

Setelah kurang lebih 20 menit perjalanan, sampailah kami di BP Grand Tower Hotel. Ya…yang benar saja. Kini aku telah sampai di sini. Di salah satu tempat yang aku mimpikan. Di tempat yang semula hanya bisa ku lihat dari layar laptopku. Dan ini semua bisa terjadi hanya karena Dia. 

Nampak dari luar, hotel ini sangat megah terletak di tengah-tengah kota. Hotel ini memang cukup tinggi bila dibandingkan dengan bangunan-bangunan lain disekitarnya. Mereka bilang hotel ini merupakan salah satu hotel terpopuler di Hat Yai. Wah..Beruntung sangat bisa menginjakkan kaki dihotel mewah ini.

Sesampainya di hotel suasana masih belum ramai. Baru terdapat beberapa peserta dan panitia yang datang. Daripada luntang lantaung ga jelas, aku pun mengeluarkan kameraku dan mengajak Roki untuk hunting. Wkwkwk…emang bakat narsis. Aku dan Roki pun muter-muter di hotel ini sambil jepret sana-sini. Memang hotel yang cukup mewah.

Ketika kami duduk-duduk di depan hotel, tiba-tiba terlihat satu rombongan peserta yang datang. Mereka terlihat mengenakan batik. Indonesia batinku. Bersama dengan panitia, kami pun menyambut kedatangan mereka. Kami pun berkenalan dan saling bersapa. Mereka adalah rombongan dosen dari UNS Solo. Perasaanku semakin gugup. Semenjak tadi yang aku lihat disini hanya orang-orang yang sudah berumur. Hanya aku dan Roki yang masih muda belia.

Setelah rombongan itu kembali datang seorang bapak-bapak yang juga nampak dari Indonesia. Ya..tebakanku benar. Namanya Pak Anshori. Beliau memang orang Indonesia, namun sekarang sedang menempuh s3 di Malaysia. Wah…orang-orang yang hadir semua luar biasa. Lalu apa yang akan terjadi ketika aku presentasi nanti??batinku.

Ternyata kami semua belum sarapan. Pak Anshori pun berinisiatif mengajak kami sarapan bersama. Beliau mengajak kami ke sebuah restoran yang menyajikan halal food. Hotel beliau memang tidak jauh dari sini, jadi beliau udah tahu dimana ada halal food. Untuk sampai di restoran itu kami harus berjalan cukup jauh. Sepanjang jalan yang ada hanya restoran-restoran babi.haha..satu perbedaan yang amat mencolok antara negara kita dan Thailand. 

Tak tinggal diam, aku pun beraksi dengan kameraku. Ada satu fakta menarik ketika aku berjalan menuju restoran itu, ada seorang wanita yang sedang menyembah seorang biksu dipinggir jalan. Yah..Pak Anshori menjelaskan kalau memang seperti itulah kehidupan umat budha. Biksu merupakan orang yang ditinggikan disini. Biksu tidak bekerja mencari uang, mereka hidup dari apa-apa yang diberikan umat budha. Pantas saja aku perhatikan banyak sekali biksu-biksu yang tersebar di sepanjang jalan membawa keranjang-keranjang dan banyak orang-orang yang memberikan makanan, minuman dan lain sebagainya kepada biksu itu. Kalau macam ini mah, sama aja kayak pengemis. Hahaha.

Sesampainya kami di restoran, restoran tampak penuh pengunjung. Ramai sekali situasi di restoran itu. Kami pun harus antri untuk mendapatkan makanan. Nasi lemak adalah pilihanku pagi itu. Sarapan kami pagi itu sangat menyenangkan. Kami berbincang-bincang mengenai banyak hal dengan bapak-ibu yang baru kami kenal pagi ini. Walau baru bertemu, namun rasanya sudah kenal begitu lama. Mereka bercerita tentang pengalaman ketika mereka kuliah di luar negeri. Sungguh orang-orang yang luar biasa. Semoga aku bisa seperti mereka nantinya. Amin 

Dan tibalah saat pembukaan conference. Opening ceremony AASIC berlangsung dengan sangat meriah. Pembukaan itu dihadiri oleh duta besar Indonesia untuk Thailand Rektor dari Prince of Songkhla University dan juga gubernur dari Hat Yai. Berbagai macam tarian baik dari Indonesia dan Thailand di sajikan. Dan sepertinya ini adalah acara terbesar yang pernah aku ikuti. Ruang dan segalanya yang serba mewah dan penuh dengan orang-orang hebat. Seperti mimpi.

Setelah dua pemateri utama presentasi, tibalah saatnya panel system berlaku. Seluruh peserta di bagi ke 3 ruang yang berbeda sesuai dengan bidang ilmu untuk presentasi. Dag-dig-dug kembali jantungku kembali berdetak kencang. Aku ditemani Roki berjalan menuju ruang panel. Suasana masih sepi di ruang itu. Hanya ada panitia. Namun setelah bebera saat, datanglah bapak-bapak dan ibu-ibu ke ruang itu. Perlahan mereka mulai memadati ruang itu. Nervous kembali menghantui. Ya Rab…kok aku paling kecil.

Sebelum peserta presentasi, 2 pemateri tamu mempresentasikan hasil penelitiannya. Mereka adalah Prof. dari Prince of Songkhla University dan Dr. dari salah satu universitas di Vietnam. Aku pun terkagum melihat kecerdasan mereka yang berbicara di depan.

Dan sepertinya saat yang paling mendebarkan datang juga. Tibalah waktu peserta mempresentasikan paper mereka. Di dalam jadwal aku maju di urutan kedua. Batinku sedikit tenang karena aku bisa melihat peserta lain presentasi dulu dan niatku bisa menyesuaikan gaya presentasiku nanti. Moderator memanggil 3 peserta pertama. Ada hal yang aneh, mereka menyebut namaku pertama. Adalah aku, Dr. dari Malaysia dan Dr. dari Banglades yang dipanggil menuju ke meja speaker. Dalam peraturan presentasi di bagi pertermin, dalam satu termin 3 pembicara akan dipanggil menuju meja speaker dan secara bergantian nantinya mereka akan maju ke meja utama untuk presentasi. Baru setelah itu Tanya jawab.

Dan benar. Allah punya rencana lain yang membuat jantungku berdetak kencang waktu itu. “The first presenter is Mr. Kurniawan from Indonesia, please the floor is your.” Kata moderator itu. Aku pun sejenak diam dan berdoa. “Ya..Rab...aku maju pertama. Berilah hamba kekuatan dan kemudahan.” Dengan melawan nervousku aku berjalan menuju ke meja utama. Aku pandangi orang-orang di depanku. Semua bapak-bapa dan ibu-ibu. Dan aku sangat yakin mereka adalah orang bertitle semua. Sambil menyiapkan laptop aku tak berhenti berdoa. Dan akhirnya, siap tak siap aku pun presentasi. Sungguh detik-detik yang tak akan kulupakan dalam hidupku ketika aku berbicara di depan para hadirin yang luar biasa. Aku pun presentasi dengan seadanya yang aku bisa.

15 menit berlalu dan aku menutup presentasiku. Eplos meriah terdengar ketika aku berjalan menuju ke meja speaker. Alhamdulillah ya Rab. Terimakasih.

Dan saat mendebarkan belumlah usai. Tibalah termin diskusi. Aku masih harus duduk di meja panas itu. Penanya pertama adalah Dr. dari Vietnam yang tadi menjadi pembicara. Beliau menunjukkan pertanyaan untukku. Dan setalah itu dua orang yang ada disampingku mengangkat tangan. Ya..mereka pun mengajukan pertanyaan kepadaku. Sungguh aku tak menyangka, mereka semua memberiku apresiasi hangat. Mereka cukup terkesan dengan materi yang aku bawakan. Ya..tentang ekosistem gua karst. Aku menjawab pertanyaan mereka dengan apa yang aku bisa. Sesi diskusi itupun sampai memakan banyak waktu karena banyak pula peserta lain yang turut mengajukan pertanyaan dan opini. Sungguh..hal yang pertama kali ku pikir akan menakutkan, berubah menjadi hal yang sangat menarik dan menyenangkan.

Aku pun terkaget ketika ada beberapa orang mendekatiku setelah aku kembali ke tempat duduk peserta. Ya..termasuk dari mereka adalah 2 orang yang maju denganku tadi. Kami pun berdiskusi banyak. Mereka menanyakan banyak hal mengenai kegiatanku di biospeleology. Segala opini mereka berikan untukku. Aku sungguh beruntung bisa sampai disini bertemu dengan orang-orang hebat. 

Setalah saat-saat yang bersejarah itu, aku menghabiskan waktu untuk berkeliling hotel Bahkan ketika agenda konferensi telah usai, aku bersama Roki diajak Pak Ansori main ke hotel tempat dia menginap. Wah…beda jauh kualitas hotelnya dengan hostel tempatku menginap. Disana benar-benar mewah. Aku pun memutuskan untuk mandi air hangat disana selagi ada.hehe…Disana juga kami shalat maghrib berjamaah. Dari kamar pak Ansori ini kita dapat melihat pemandangan kota Hat Yai dari ketinggian karena kamar pak Ansori berada di atas. Cukup indah pemandangan kota Hat Yai kala malam.

Setelah beristirahat, kami kembali menuju GP Grand Tower Hottel tempat konferensi. Agenda malam itu adalah gala dinner. Berbagai hiburan dipertontonkan pada malam yang penuh keakraban itu. Aku ngobrol banyak dengan orang-orang hebat dari negara lain.  Sungguh sangat meriah acara pada malam itu. Sangat beruntung rasanya bisa berada ditengah-tengah orang hebat. Terimakasih ya Rab atas kesempatan yang luar biasa ini. Semua ini tak akan pernah bisa terjadi tanpa injinmu. Terimakasih atas pengalaman yang membuka lebar-lebar wawasanku. Tiada yang bisa aku lakukan kecuali bersyukur... 

Malam itu rasanya sangat ingin menikmati suasana malam kota Hat Yai. Setelah usainya acara Gala Dinner aku dan Roki tak lekas pulang menuju hostel. Kami bersama dengan anak-anak lain main ke suatu pusat keramaian di kota Hat Yai yang lokasinya tak jauh dari GP Grand Tower Hotel.

Suasana disana sangat ramai sekali. Banyak sekali orang berhamburan disini. Dikanan kiri jalan banyak sekali penjual pernak-pernik dan berbagai jenis makanan khas Thailand. Kami hanya melihat-lihat karena kondisi perut kami saat itu sudah full akibat makan sangat banyak saat gala Dinner.

Ketika berhenti di depan suatu rumah makan, tanpa sengaja kami menjumpai ada beberapa bapak-bapak yang sepertinya orang Indonesia. Dan benar ternyata mereka berasal dari Indonesia. Tampak dari penampilan bahwa mereka merupakan orang-orang yang beruang. Mereka menyapa kami (mungkin mereka melihat baju batik yang kami kenakan). Kami pun ngobrol banyak dengan bapak-bapak itu. Bahkan kami mau ditraktir makan, tapi karena kami sudah kenyang kami hanya memesan es degan. Haha...lumayan lah...es degan gratis malam ini di negeri orang. Tak lupa sebelum berpisah kami pun mengabadikan memon itu dengan foto bersama.

Setelah puas menyaksikan keramaian kota Hat Yai dimalam hari, kami lantas memutuskan untuk pulang. Aku dan Roki harus berpisah dengan rombongan untuk kembali ke hostel kami. Adalah menaik tuks-tuks pilihan kami untuk kembali ke hostel. Ya..maklumlah..cari yang paling ekonomis biar bisa cukup hidup seminggu disini.hehehe.

Ketika perjalanan pulang itu akhirnya kami sedikit mendapatkan bukti kenapa negara ini sering dibilang sebagai negeri gajah. Ya...ternyata banyak gajah berkeliaran. Kami menjumpai 2 ekor gajah di jalan raya. Akan tetapi yang kami jumpai ini bukanlah gajah liuar, akan tetapi dimiliki oleh warga. Gajah-gajah ini tidak hanya sekedar berkeliaran, mereka ternyata melakukan tugas mulia, yakni memakan sampah-sampah organik yang dibuang oleh warga di tempat pembuangan sampah yang disiapkan di depan rumah. Wa..keren lah ya..

Malam itu badan terasa amat lelah. Sesampainya di hostel aku langsung merebahkan tubuh. Benar-benar hari yang luar biasa.Tak sabar menunggu hari esok, adalah city Tour dimana panitia akan membawa kami semua berkeliling kota Songkla. Hari yang sepertinya juga akan sangat penuh cerita indah. Tunggu kelanjutan petualanganku!!!























0 komentar:

Posting Komentar

Flowers

Flowers
The beauty Arachnis

Serangga galau

Serangga galau
The Romantic Insect

Amblyphigi

Amblyphigi
Salah satu biota penghuni ekosistem Gua
 

Browse