Pagi itu, 7 Desember 2012 aku sengaja bangun lebih awal. Setelah selesai sholat subuh kembali aku membuka laptop untuk membuka file-fileku. Yah…semalam tidurku tidak nyenyak. Aku terus terbanyang akan apa yang bakal terjadi di hari ini. Perasaan gugup seperti tak ingin lepas dari benakku. Aku tengok disebelahku, Roki masih tertidur pulas. Roki lebih sedikit tenang karena dia hanya presentasi dalam bentuk poster yang dipajang di hall. Sedangkan aku, aku harus berdiri di depan forum dalam ruangan untuk mempresentasikan paperku.
Setelah
kurasa cukup, aku menuntup laptopku dan bergegas mandi. Waktu sudah menunjukkan
jam 05.30 waktu setempat. Kami harus sampai GP Grand Tower Hotel tempat
dihelatnya conference jam 07.00. Setelah
mandi aku membangunkan Roki dan memintanya bergegas siap-siap. Adalah baju
batik berwarna ungu dan celana kain warna hitam pilihanku untuk agenda
International conference pertamaku ini. Aku sengaja memilih batik karena batik
memang menjadi salah satu ciri khas Indonesia di mata Internasional pikirku.
Tidak
sempat sarapan. Pak Patja salah satu panitia AASIC langsung menghampiri kami
dan mengajak kami berangkat bersama ke lokasi konferensi. Tidak mau pikir
panjang kami pun mengiyakannya. Pak Patja mengajak kami ke Sokhla university
dulu karena dia bilang banyak panitia yang berkumpul disana. Itulah kala
pertama aku berkunjung ke salah satu universitas terkenal di Thailand itu. Sekilas
aku tengok kanan kiri, memang kampus ini sangat luas dan bangunannya cukup
megah. Entah seperti apa dalamnya aku tak bisa menengoknya pagi itu karena aku
harus segera berangkat ke tempat konferensi.
Sesampainya
di post panitia AASIC, ternyata semua panitia telah berangkat. Kami pun harus
berjuang mencari angkutan untuk bisa mencapai BP Grand Tower Hotel. Adalah
Tuks-tuks, angkutan khas kota Hat Yai yang menjadi pilihan kami. Tuks-tuks
adalah semacam kendaraan pick up kecil yang ditutup belakangnya untuk tempat
duduk penumpang. Pak Patja mengantarkan kami ke post tuks-tuks. Setelah
bernegosiasi dengan alotnya, akhirnya ketemu juga kesepakatan harga. Jelas
lebih murah bila dibandingkan dengan taksi.hehe…Kami pun segera naik tuks-tuks
itu. Disepanjang jalan aku menikmati keindahan kota Hat Yai lewat bilik-bilik
tuks-tuks.
Setelah
kurang lebih 20 menit perjalanan, sampailah kami di BP Grand Tower Hotel.
Ya…yang benar saja. Kini aku telah sampai di sini. Di salah satu tempat yang
aku mimpikan. Di tempat yang semula hanya bisa ku lihat dari layar laptopku.
Dan ini semua bisa terjadi hanya karena Dia.
Nampak
dari luar, hotel ini sangat megah terletak di tengah-tengah kota. Hotel ini
memang cukup tinggi bila dibandingkan dengan bangunan-bangunan lain
disekitarnya. Mereka bilang hotel ini merupakan salah satu hotel terpopuler di
Hat Yai. Wah..Beruntung sangat bisa menginjakkan kaki dihotel mewah ini.
Sesampainya
di hotel suasana masih belum ramai. Baru terdapat beberapa peserta dan panitia
yang datang. Daripada luntang lantaung ga jelas, aku pun mengeluarkan kameraku
dan mengajak Roki untuk hunting. Wkwkwk…emang bakat narsis. Aku dan Roki pun
muter-muter di hotel ini sambil jepret sana-sini. Memang hotel yang cukup
mewah.
Ketika
kami duduk-duduk di depan hotel, tiba-tiba terlihat satu rombongan peserta yang
datang. Mereka terlihat mengenakan batik. Indonesia batinku. Bersama dengan
panitia, kami pun menyambut kedatangan mereka. Kami pun berkenalan dan saling
bersapa. Mereka adalah rombongan dosen dari UNS Solo. Perasaanku semakin gugup.
Semenjak tadi yang aku lihat disini hanya orang-orang yang sudah berumur. Hanya
aku dan Roki yang masih muda belia.
Setelah
rombongan itu kembali datang seorang bapak-bapak yang juga nampak dari
Indonesia. Ya..tebakanku benar. Namanya Pak Anshori. Beliau memang orang
Indonesia, namun sekarang sedang menempuh s3 di Malaysia. Wah…orang-orang yang
hadir semua luar biasa. Lalu apa yang akan terjadi ketika aku presentasi
nanti??batinku.
Ternyata
kami semua belum sarapan. Pak Anshori pun berinisiatif mengajak kami sarapan
bersama. Beliau mengajak kami ke sebuah restoran yang menyajikan halal food.
Hotel beliau memang tidak jauh dari sini, jadi beliau udah tahu dimana ada
halal food. Untuk sampai di restoran itu kami harus berjalan cukup jauh. Sepanjang
jalan yang ada hanya restoran-restoran babi.haha..satu perbedaan yang amat
mencolok antara negara kita dan Thailand.
Tak
tinggal diam, aku pun beraksi dengan kameraku. Ada satu fakta menarik ketika
aku berjalan menuju restoran itu, ada seorang wanita yang sedang menyembah
seorang biksu dipinggir jalan. Yah..Pak Anshori menjelaskan kalau memang
seperti itulah kehidupan umat budha. Biksu merupakan orang yang ditinggikan
disini. Biksu tidak bekerja mencari uang, mereka hidup dari apa-apa yang
diberikan umat budha. Pantas saja aku perhatikan banyak sekali biksu-biksu yang
tersebar di sepanjang jalan membawa keranjang-keranjang dan banyak orang-orang
yang memberikan makanan, minuman dan lain sebagainya kepada biksu itu. Kalau
macam ini mah, sama aja kayak pengemis. Hahaha.
Sesampainya
kami di restoran, restoran tampak penuh pengunjung. Ramai sekali situasi di
restoran itu. Kami pun harus antri untuk mendapatkan makanan. Nasi lemak adalah
pilihanku pagi itu. Sarapan kami pagi itu sangat menyenangkan. Kami
berbincang-bincang mengenai banyak hal dengan bapak-ibu yang baru kami kenal
pagi ini. Walau baru bertemu, namun rasanya sudah kenal begitu lama. Mereka
bercerita tentang pengalaman ketika mereka kuliah di luar negeri. Sungguh
orang-orang yang luar biasa. Semoga aku bisa seperti mereka nantinya. Amin
Dan
tibalah saat pembukaan conference. Opening ceremony AASIC berlangsung dengan
sangat meriah. Pembukaan itu dihadiri oleh duta besar Indonesia untuk Thailand Rektor
dari Prince of Songkhla University dan juga gubernur dari Hat Yai. Berbagai
macam tarian baik dari Indonesia dan Thailand di sajikan. Dan sepertinya ini
adalah acara terbesar yang pernah aku ikuti. Ruang dan segalanya yang serba
mewah dan penuh dengan orang-orang hebat. Seperti mimpi.
Setelah
dua pemateri utama presentasi, tibalah saatnya panel system berlaku. Seluruh
peserta di bagi ke 3 ruang yang berbeda sesuai dengan bidang ilmu untuk presentasi.
Dag-dig-dug kembali jantungku kembali berdetak kencang. Aku ditemani Roki
berjalan menuju ruang panel. Suasana masih sepi di ruang itu. Hanya ada
panitia. Namun setelah bebera saat, datanglah bapak-bapak dan ibu-ibu ke ruang
itu. Perlahan mereka mulai memadati ruang itu. Nervous kembali menghantui. Ya
Rab…kok aku paling kecil.
Sebelum
peserta presentasi, 2 pemateri tamu mempresentasikan hasil penelitiannya.
Mereka adalah Prof. dari Prince of Songkhla University dan Dr. dari salah satu
universitas di Vietnam. Aku pun terkagum melihat kecerdasan mereka yang
berbicara di depan.
Dan
sepertinya saat yang paling mendebarkan datang juga. Tibalah waktu peserta
mempresentasikan paper mereka. Di dalam jadwal aku maju di urutan kedua.
Batinku sedikit tenang karena aku bisa melihat peserta lain presentasi dulu dan
niatku bisa menyesuaikan gaya presentasiku nanti. Moderator memanggil 3 peserta
pertama. Ada hal yang aneh, mereka menyebut namaku pertama. Adalah aku, Dr.
dari Malaysia dan Dr. dari Banglades yang dipanggil menuju ke meja speaker. Dalam
peraturan presentasi di bagi pertermin, dalam satu termin 3 pembicara akan
dipanggil menuju meja speaker dan secara bergantian nantinya mereka akan maju
ke meja utama untuk presentasi. Baru setelah itu Tanya jawab.
Dan
benar. Allah punya rencana lain yang membuat jantungku berdetak kencang waktu
itu. “The first presenter is Mr. Kurniawan from Indonesia, please the floor is
your.” Kata moderator itu. Aku pun sejenak diam dan berdoa. “Ya..Rab...aku maju
pertama. Berilah hamba kekuatan dan kemudahan.” Dengan melawan nervousku aku
berjalan menuju ke meja utama. Aku pandangi orang-orang di depanku. Semua
bapak-bapa dan ibu-ibu. Dan aku sangat yakin mereka adalah orang bertitle
semua. Sambil menyiapkan laptop aku tak berhenti berdoa. Dan akhirnya, siap tak
siap aku pun presentasi. Sungguh detik-detik yang tak akan kulupakan dalam
hidupku ketika aku berbicara di depan para hadirin yang luar biasa. Aku pun
presentasi dengan seadanya yang aku bisa.
15
menit berlalu dan aku menutup presentasiku. Eplos meriah terdengar ketika aku
berjalan menuju ke meja speaker. Alhamdulillah ya Rab. Terimakasih.
Dan
saat mendebarkan belumlah usai. Tibalah termin diskusi. Aku masih harus duduk
di meja panas itu. Penanya pertama adalah Dr. dari Vietnam yang tadi menjadi
pembicara. Beliau menunjukkan pertanyaan untukku. Dan setalah itu dua orang
yang ada disampingku mengangkat tangan. Ya..mereka pun mengajukan pertanyaan
kepadaku. Sungguh aku tak menyangka, mereka semua memberiku apresiasi hangat.
Mereka cukup terkesan dengan materi yang aku bawakan. Ya..tentang ekosistem gua
karst. Aku menjawab pertanyaan mereka dengan apa yang aku bisa. Sesi diskusi
itupun sampai memakan banyak waktu karena banyak pula peserta lain yang turut
mengajukan pertanyaan dan opini. Sungguh..hal yang pertama kali ku pikir akan
menakutkan, berubah menjadi hal yang sangat menarik dan menyenangkan.
Aku
pun terkaget ketika ada beberapa orang mendekatiku setelah aku kembali ke
tempat duduk peserta. Ya..termasuk dari mereka adalah 2 orang yang maju denganku
tadi. Kami pun berdiskusi banyak. Mereka menanyakan banyak hal mengenai
kegiatanku di biospeleology. Segala opini mereka berikan untukku. Aku sungguh
beruntung bisa sampai disini bertemu dengan orang-orang hebat.
Setalah
saat-saat yang bersejarah itu, aku menghabiskan waktu untuk berkeliling hotel
Bahkan ketika agenda konferensi telah usai, aku bersama Roki diajak Pak Ansori
main ke hotel tempat dia menginap. Wah…beda jauh kualitas hotelnya dengan
hostel tempatku menginap. Disana benar-benar mewah. Aku pun memutuskan untuk mandi
air hangat disana selagi ada.hehe…Disana juga kami shalat maghrib berjamaah.
Dari kamar pak Ansori ini kita dapat melihat pemandangan kota Hat Yai dari
ketinggian karena kamar pak Ansori berada di atas. Cukup indah pemandangan kota
Hat Yai kala malam.
Setelah
beristirahat, kami kembali menuju GP Grand Tower Hottel tempat konferensi.
Agenda malam itu adalah gala dinner. Berbagai hiburan dipertontonkan pada malam
yang penuh keakraban itu. Aku ngobrol banyak dengan orang-orang hebat dari
negara lain. Sungguh sangat meriah acara
pada malam itu. Sangat beruntung rasanya bisa berada ditengah-tengah orang
hebat. Terimakasih ya Rab atas kesempatan yang luar biasa ini. Semua ini tak
akan pernah bisa terjadi tanpa injinmu. Terimakasih atas pengalaman yang
membuka lebar-lebar wawasanku. Tiada yang bisa aku lakukan kecuali bersyukur...
Malam itu rasanya sangat ingin menikmati suasana malam kota Hat Yai. Setelah usainya acara Gala Dinner aku dan Roki tak lekas pulang menuju hostel. Kami bersama dengan anak-anak lain main ke suatu pusat keramaian di kota Hat Yai yang lokasinya tak jauh dari GP Grand Tower Hotel.
Suasana disana sangat ramai sekali. Banyak sekali orang berhamburan disini. Dikanan kiri jalan banyak sekali penjual pernak-pernik dan berbagai jenis makanan khas Thailand. Kami hanya melihat-lihat karena kondisi perut kami saat itu sudah full akibat makan sangat banyak saat gala Dinner.
Ketika berhenti di depan suatu rumah makan, tanpa sengaja kami menjumpai ada beberapa bapak-bapak yang sepertinya orang Indonesia. Dan benar ternyata mereka berasal dari Indonesia. Tampak dari penampilan bahwa mereka merupakan orang-orang yang beruang. Mereka menyapa kami (mungkin mereka melihat baju batik yang kami kenakan). Kami pun ngobrol banyak dengan bapak-bapak itu. Bahkan kami mau ditraktir makan, tapi karena kami sudah kenyang kami hanya memesan es degan. Haha...lumayan lah...es degan gratis malam ini di negeri orang. Tak lupa sebelum berpisah kami pun mengabadikan memon itu dengan foto bersama.
Setelah puas menyaksikan keramaian kota Hat Yai dimalam hari, kami lantas memutuskan untuk pulang. Aku dan Roki harus berpisah dengan rombongan untuk kembali ke hostel kami. Adalah menaik tuks-tuks pilihan kami untuk kembali ke hostel. Ya..maklumlah..cari yang paling ekonomis biar bisa cukup hidup seminggu disini.hehehe.
Ketika perjalanan pulang itu akhirnya kami sedikit mendapatkan bukti kenapa negara ini sering dibilang sebagai negeri gajah. Ya...ternyata banyak gajah berkeliaran. Kami menjumpai 2 ekor gajah di jalan raya. Akan tetapi yang kami jumpai ini bukanlah gajah liuar, akan tetapi dimiliki oleh warga. Gajah-gajah ini tidak hanya sekedar berkeliaran, mereka ternyata melakukan tugas mulia, yakni memakan sampah-sampah organik yang dibuang oleh warga di tempat pembuangan sampah yang disiapkan di depan rumah. Wa..keren lah ya..
Malam itu badan terasa amat lelah. Sesampainya di hostel aku langsung merebahkan tubuh. Benar-benar hari yang luar biasa.Tak sabar menunggu hari esok, adalah city Tour dimana panitia akan membawa kami semua berkeliling kota Songkla. Hari yang sepertinya juga akan sangat penuh cerita indah. Tunggu kelanjutan petualanganku!!!
Malam itu rasanya sangat ingin menikmati suasana malam kota Hat Yai. Setelah usainya acara Gala Dinner aku dan Roki tak lekas pulang menuju hostel. Kami bersama dengan anak-anak lain main ke suatu pusat keramaian di kota Hat Yai yang lokasinya tak jauh dari GP Grand Tower Hotel.
Suasana disana sangat ramai sekali. Banyak sekali orang berhamburan disini. Dikanan kiri jalan banyak sekali penjual pernak-pernik dan berbagai jenis makanan khas Thailand. Kami hanya melihat-lihat karena kondisi perut kami saat itu sudah full akibat makan sangat banyak saat gala Dinner.
Ketika berhenti di depan suatu rumah makan, tanpa sengaja kami menjumpai ada beberapa bapak-bapak yang sepertinya orang Indonesia. Dan benar ternyata mereka berasal dari Indonesia. Tampak dari penampilan bahwa mereka merupakan orang-orang yang beruang. Mereka menyapa kami (mungkin mereka melihat baju batik yang kami kenakan). Kami pun ngobrol banyak dengan bapak-bapak itu. Bahkan kami mau ditraktir makan, tapi karena kami sudah kenyang kami hanya memesan es degan. Haha...lumayan lah...es degan gratis malam ini di negeri orang. Tak lupa sebelum berpisah kami pun mengabadikan memon itu dengan foto bersama.
Setelah puas menyaksikan keramaian kota Hat Yai dimalam hari, kami lantas memutuskan untuk pulang. Aku dan Roki harus berpisah dengan rombongan untuk kembali ke hostel kami. Adalah menaik tuks-tuks pilihan kami untuk kembali ke hostel. Ya..maklumlah..cari yang paling ekonomis biar bisa cukup hidup seminggu disini.hehehe.
Ketika perjalanan pulang itu akhirnya kami sedikit mendapatkan bukti kenapa negara ini sering dibilang sebagai negeri gajah. Ya...ternyata banyak gajah berkeliaran. Kami menjumpai 2 ekor gajah di jalan raya. Akan tetapi yang kami jumpai ini bukanlah gajah liuar, akan tetapi dimiliki oleh warga. Gajah-gajah ini tidak hanya sekedar berkeliaran, mereka ternyata melakukan tugas mulia, yakni memakan sampah-sampah organik yang dibuang oleh warga di tempat pembuangan sampah yang disiapkan di depan rumah. Wa..keren lah ya..
Malam itu badan terasa amat lelah. Sesampainya di hostel aku langsung merebahkan tubuh. Benar-benar hari yang luar biasa.Tak sabar menunggu hari esok, adalah city Tour dimana panitia akan membawa kami semua berkeliling kota Songkla. Hari yang sepertinya juga akan sangat penuh cerita indah. Tunggu kelanjutan petualanganku!!!
0 komentar:
Posting Komentar