Langkah
pertama, kedua, ketiga dan diikuti langkah-langkah selanjutnya. Bersama
rombongan dari tegal dan juga rombongan dari Surabaya yang kami temui di pos
pendaftaran, kami melangkahkan kaki penuh tekat. Walau baru saja berjumpa, tapi
dalam perjalanan itu kami semua seperti sudah kenal sejak lama. Petualangan
pendakian ini menjadi seru karena adanya mereka. Memang benar apa yang
dikatakan para petualang pendahulu, saat mendaki gunung semua pendaki adalah
keluarga. Kita semua saling membantu disini. Keegoismean seperti lenyap begitu
saja.
Selama
perjalanan itu, kami disuguhi pemandangan yang luar biasa. Di kanan-kiri jalur
pendakian tersaji bukit-bukit dan pemandangan yang sangat mempesona. Padang
rumput, kabut, burung-burung yang berterbangan membuat rasa lelah yang kadang
muncul enyah seketika. Entah kenapa, kaki terasa menjadi lebih kuat untuk
melangkah, punggung terasa ringan menggendong tas berisi segala macam bekal
yang sebenarnya cukup berat.
Setelah
tak terasa hampir 4 jam melangkahkan kaki, sampailah kami di pos 1. Hari sudah
mulai sore ketika kami sampai di pos itu. Kami pun memutuskan untuk bermalam di
pos itu. Pendaki lain bilang, di pos ini terdapat sumber mata air.
Huh…benar-benar luar biasa. Ketika persediaan air kami menipis, akhirnya tidak perlu
kuatir lagi karena di sini tersedia air bisa untuk isi ulang.
Kaki
Rinjani seperti tidak mau henti-hentinya menyajikan keelokannya. Suasana malam
itu benar-benar indah, langit begitu mempesona dengan hamparan
bintang-bintangNya. Sang ratu malam pun tidak malu-malu untuk mempertontonkan
keindahannya malam itu. Cahaya sang ratu malam cukup menerangi gelapnya tempat
itu yang belum sedikitpun tersentuh aliran listrik. Hah….tak terasa malam
semakin larut. Kami pun bergegas masuk tenda dan beristirahat. Kami harus hemat
energy, karena perjalanan menuju puncak masihlah sangat jauh.
Sudah
ku bilang, kaki Rinjani memang tak pernah mau berhenti menyajikan keindahan.
Pagi di post 1 benar-benar luar biasa indah. Sun rise nan elok menjadi object
indah pagi itu. Suara burung-burung bernyayi dan bukit-bukit yang mengapit post
1 menambah indah suasana pagi itu. Dan yang luar biasa, pagi itu akhirnya kami
bisa melihat puncak Rinjani dari kejauhan. Wah-wah…masih begitu jauh sepertinya
tempat itu dari sini.hehe
Hah….keindahan
pagi itu seketika terenggut. SMS dari seorang sahabat kami rista di Jogja
membawa awan hitam dan petir menyambar hati kami. Adalah sahabat kami di
HIMABIO, Ardi staff ORSENI telah berpulang ke rahmatullah. Sungguh kami tidak
menyangka kami bakal kehilangan salah satu keluarga kami secepat itu. Sedih
memang kami tidak bisa ikut ta’ziah ke tempat almarhum. Tapi sungguh saat itu
kami berjanji bahwa kami akan mendoakan sahabat kami yang tercinta itu di
PUNCAK RINJANI.
Tak
berlama-lama, pagi itu kami langsung cabut dari post 1 melanjutkan pendakian.
Target kami hari itu adalah harus sampai di pelawangan, yakni post terdekat
dengan puncak. Kabarnya, paling tidak perjalanan dari post 1 menuju pelawangan
hampir 9 jam.ckckck..
Perjalanan
menuju post pelawangan menyajikan cukup tantangan. Track yang terjal, mendaki
dan berdebu menjadi santapan kami dalam perjalanan itu. Terik panas metahari
menyengat kulit. Dalam perjalanan itu tidak jarang kami berhenti dan rehat
untuk menghela nafas. Namun kembali kami seperti dikuatkan. Alam memang luar
biasa indah, akhirnya dalam perjalanan itu aku bisa melihat secara langsung
bunga edelwise di ekosistem aslinya. Wa….bunga yang luar biasa.
Setelah
cukup gempor kaki berjalan, sampai juga kami di pos pelawangan. Hyah…cukup heran
kami setelah sampai disana. Yang benar saja, masak iya di atas gunung hampir
3200 mdpl itu ada rombongan keluarga kayak pada piknik. Mereka berseda gurau
dengan menyantap makanan-makanan lezat yang disediakan oleh para porter.
Haha..Rombongan orang kaya itu menyewa porter banyak banget. Pantesan, Anak
kecil 3 tahun pun ternyata bisa sampai ditempat itu. Beginilah…kadang uang
memang bisa menyita semuanya.
Alhamdulilah….di
post ini juga kabarnya tersedia mata air. Entah seperti apa Allah menciptakan
ala mini hingga menjadi amat berkah bagi makhlukNya. Kita manusia sudah sepatutnya
bersyukur. Hm…mata air di post pelawangan ini lebih besar dan lebih segar
disbanding yang ada di post 1 tadi. Air disini begitu dingin dan kalau
dimasukkan ke botol bakal mengembun semacam air di kulkas. Segar bugar..haha.
Oh iya..di post ini juga banyak sekali kawanan makaka. Mereka sangat usil dan
sering mengambil makanan pendaki bila kita lengah.hehe
Post
pelawangan adalah post terdekat dengan puncak. Jadi kami disini harus bermalam
dan pagi-pagi sekali harus berangkat menuju puncak. Sekedar info, biasanya para
pendaki memulai perjalanan ke puncak pukul
01.00-03.00, ya…semua tentu ingin mencapai puncak sebelum matahari nongol.
Pagi
itu sungguh sangat dingin. Pukul 01.30 dini hari di post pelawangan sungguh
dingin menusuk tulang. Nada alarm dari masing-masing HP kami besahutan berlomba
membangunkan kami dari tidur pulas. Setelah agak lama, akhirnya kami bangun
juga. Pagi itu jam 2.00 kami bergegas bangun dan menyiapkan segala keperluan
untuk perjalanan ke puncak. Diluar tenda udara semakin terasa amat dingin.
Suasana disekitar post sudah tampak ramai dengan para pendaki yang memulai
pendakian. Kami termasuk yang berangkat terakhir, ya…biasalah..akibat telat
bangun dan rempongnya persiapan.hehe
Senter
nyala, jaket, sarung tangan, oke…berkumpulah kami sejenak untuk memanjatkan doa
kepada Sang Kuasa agar kami diberi keselamatan. Huh….mulailah kami melangkahkan
kaki menuju puncak. Perjalanan menuju puncak adalah perjalanan terberat dalam
pendakian gunung Rinjani. Track yang mendaki dan berkerikil adalah jalan yang
harus dilalui oleh para pendaki. Dan yang benar saja….perjalanan itu memang
cukup berat. Rombongan dari tegal 3 orang terpaksa berhenti dan kembali ke camp
akibat satu diantara temannya cedera karena terjatuh. Wah…memang cukup sayang…padahal
tinggal sebentar lagi sampai puncak.
Dengan
sekuat tenaga kami melangkahkan kaki naik dan naik. Entah kami tak bisa
meliahat jelas apa yang ada di kanan kiri track pendakian itu karena pagi
memang masih buta. Yang ada dalam pikiran kami adalah puncak. Setiap kami
bertemu pendaki lain kami saling sapa. Entah kenapa, setiap sapaan itu seperti
memberikan tambahan energy bagi kami dan langkah kaki kami menjadi sedikit
ringan. Naik..naik…dan terus naik…sejenak kami selingi lamngkah kaki kami
dengan beristirahat untuk sekadar menenggak air dan menghirup nafas panjang.
Setelah lama berjalan, kaki mulai terasa berat. Track terus saja naik dan
berkerikil. Debu-debu bertebaran mengganggu nafas. Kami harus mengenakan
masker.
Satu
jam, dua jam, dan tiga jam….goresan warna orange, jingga, merah dan putih mulai
terbentuk di ufuk timur, pertanda sun rise akan segera datang. Kami masih cukup
jauh dari puncak. Pras dan Jarot sudah duluan di depan. Aku bersama udin tertinggal dibelakang. Kami berusaha sekuat
tenaga melangkahkan kaki dan terus melangkah. Kadangsetiap 10 langkah atau kadang 5 langkah kami
putuskan untuk rehat. Benar-benar pendakian yang melelahkan.
Puncak
sudah terlihat, sang mentari perlahan mulai menunjukkan keelokannya. Sun rises is
Coming!!!!!!!!!!! Begitulah….teriakan dari seorang pendaki mengabarkan kepada
pendaki lain bahwa sunrise telah datang. Seketika pandangan kami terpusat kearah
timur. Subhanallah semburat perpaduan warna menghiasi munculnya sang surya.
Gradasi warna yang tak akan pernah bisa terlukiskan oleh pelukis hebat
sekalipun. Sungguh keindahan yang tak terlukiskan. Mata kami seperti berat
untuk berkedip seolah tidak ingin melewatkan satu detik pun fenomena alam yang
sungguh luar biasa itu. Kurebahkan tubuhku ke hamparan kerikil di jalur
pendakian. Kembali ku tengok kearah timur, saat ku buka mata, tepat didepan
mataku terdapat bunga edelweiss. Pemandangan yang semakin membuat mataku
terbelalak.
Sun
rise pagi itu adalah yang terindah dalam hidupku. Belum pernah sebelumnya aku
melihat keindahan yang semacam itu. Lagi-lagi, Rinjani menyajikan keindahan
yang tidak akan pernah aku lupakan dalam hidupku.
Perjuangan
belumlah usai. Aku masih belum sampai puncak. Segera setelah puas menyaksikan
sunrise, aku bangkitkan tubuhku dan kembali melangkahkan kakiku. Yah…langkah
demi langkah aku ayunkan. Sedikit demi sedikit, puncak semakin dekat. Dekat dan
dekat. Sempat rasanya aku ingin berhenti karena rasanya kakiku sudah melampaui
batas. Tapi entah kenapa, dorongan kuat muncul ketika aku pandang kearah atas.
Puncak, puncak, puncak. Aku harus bisa sampai puncak. Terus aku menggurui dan member
semangat diriku sendiri untuk terus melanjutkan sampai puncak. Doa selalu
tercurah dari bibirku mengharap kekuatan dan keselamatan dari Sang pembuat
hidup. Dan dengan cukup berat aku terus berusaha mengayunkan kaki dan menatap
kearah atas.
Come on…come on…you are on the top! Terdengar pendaki bule berteriak kepada rekannya yang tak jauh dariku. Hah...sungguh….inilah hasil perjuangan hebat itu..Dengan nafas yang sedikit terengah-engah, aku rebahkan tubuhku sambil mengucap syukur. Sampailah aku di puncak gunung Rinjani. 3726 Mdpl. Puncak tertinggi ke 3 di Indonesia. Kaki ini sungguh gemetar berdiri di tanah ini. Kutarik nafas panjang, ku buka mataku dan kutengok arah sekelilingku. Rabi…..inilah ciptaanMu ya Rab…Pemandangan yang luar biasa tersaji disini. Lautan, daratan, bukit, hingga danau segara anakan terlihat dari sini. Udara begitu segar dan semakin hangat ketika mentari mulai merangkak keatas. Rasa pegal, capek, lemas musnah seketika ditelan keindahan itu. Sungguh usaha keras yang terbayar lunas.
Kami tegap berdiri di atas puncak itu. Tegap kami mencoba menutup mata. Kami arahkan pandangan kami ke atas langit. Hah….Sang pembuat hidup terasa lebih dekat di tempat ini. Teringat akan jaji kami kala itu, di sini…di puncak tertinggi Rinjani..kami serempak panjatkan doa. Doa untuk kami, untuk keluarga kami, untuk semua sahabat kami, dan doa untuk sahabat kami ardhi yang telah mendahului kita semua kembali ke Rahmatullah. Air mata coba mengalir, tapi dengan teguh ku bendung.
Inilah
puncak Gunung pertamaku. Puncak Gunung Rinjani. 3726 Mdpl. Puncak yang tak akan
pernah hilang dalam hatiku.
0 komentar:
Posting Komentar