Setibanya di Negeri Gajah

Sabtu, 04 Mei 2013
Penerbangan menuju Thailand dari Singapore memakan waktu kurang lebih 2 jam. Seperti biasa, selama penerbanganku yang kedua itu di dalam pesawat aku masih sibuk dengan kameraku jeprat sana sini gak jelas. Aku masih menikmati keindahan negeri diatas awan ciptaanNya itu.

Tidak terasa tiba-tiba terdengar pengumuman dari pramugari bahwa pesawat akan segera mendarat di Hat Yai International Airport. Jantungku pun kembali bedetak kencang. Entah kenapa setiap pesawat hendak take off dan landing jantungku rasanya berpacu lebih kencang dari biasanya.

Mendaratlah sudah aku di Hat Yai Intrnational Airport. Bandara ini terbilang badara International baru di Thailand. Ukurannya juga tidak terlalu besar jauh lebih kecil dari SoeTa milik Indonesia. Armada penerbangan yang melayani rut eke bandara ini pun masih sangat sedikit, detidaknya yang kulihat ada pesawat Air Asia, Singapore Airlines, Thai Airlines, dan Tiger Airways yang aku tumpangi. Walau kecil tapi bandara ini sangat bersih dan semuanya tertata rapi. Bilik kaca dilorong-lorong memungkinkan kita melihat hiruk pikuk pesawat yang hendak landing dan take off.

Sesampainya di Thailand ini aku sedikit lebih tenang karena aku sudah janjian dengan panitia AASIC dan mereka siap untuk menjemputku. Aku segera mengambil kartu imigrasi dan segera mengisinya. Disaat aku mengisi kartu imigrasi inilah Allah kembali menurunkan keberuntunganNya kepadaku. Aku tidak sengaja melihat seorang pemuda mengenakan baju bertuliskan IPB. Tanpa pikir panjang aku segera menghampirinya. Ya..yang benar saja..dia juga ikutan AASIC. Wah…senang akhirnya bisa dapet teman dai Indonesia.

Namanya Roki mahasiswa semester 4, delegasi dari IPB. Nasibnya sama denganku, dia juga berangkat sendirian dari Bogor. Bahkan nasibnya jauh lebih tidak baik dari aku. Dia sempat ketinggalan pesawat ketika hendak terbang dari Soeta ke Changi. Akibatnya dia harus membeli tiket lagi untuk menuju Changi. Dia pun harus berdebat dengan resepsionis Tiger Airways karena pihak maskapai sempat menolak Roki saat hendak boarding ke Hat Yai dari Changi akibat dia tidak ikut penerbangan dari Jakarta ke Changi. Sampai akhirnya pihak maskapai memperbolehkannya. Aku salut dengan perjuangan dia hingga akhirnya bisa sampai ke Hat Yai juga. Bahkan entah hanya ketidaksengajaan atau apa, kami memesan tiket untuk berangkat dan pulang pada tanggal yang sama. Itu artinya aku bisa punya temen yang senasib selama aku di Thailand.haha

Ada satu kejadian lucu di bandara ini. Ketika kami hendak check di bagian imigrasi, kami diminta untuk menunjukkan kartu imigrasi yang telah kami isi. Ada salah seorang petugas wanita menghampiri aku dan Roki, dia mengecek kartu imigrasi yang ku bawa. Dia bertanya dengan bahasa yang tidak aku mengerti. “Hoteo, Hoteo, Hoteo” katanya. Aku dan Roki hanya saling pandang dan ketawa -ketiwi mendengar omongan wanita itu. Kami berdua sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud wanita itu. Kembali wanita itu mengeluarkan kata yang sama. Kali ini dengan nada agak keras. “Mr. Hoteo, hoteo, hoteo” katanya. Posisi kami saat itu berada ditengah antrian panjang. Setiap penumpang harus menunjukkan kartu imigrasinya. Aku sungguh tidak tahu apa maksud wanita itu. Dan akhirnya aku pun memberanikan diri untuk ngomong. “I’m sorry miss, I don’t understand. What do you say? Can you speak in English?”kataku kepada petugas itu. Dengan cepat dia menjawa. “Yes Sir, I talk to you in English. Please you fill this box” katanya sambil menujuk salah satu bagian dari kartu imigrasi. Oalah…maksud dia itu mau ngomong hotel. Dia meminta kami mengisi box kosong bertuliskan apakah kalian akan menginap di hotel, asrama, atau tempat yang lainnya. Kami belum mengisinya karena kami memang belum tau mau nginep dimana. Hm…cengkok bahasa thai kali ya jadi ga jelas ngomongnya. Hotel jadi hoteo, hoteo, hoteo.wkwkwkwk.

Setelah urusan imigrasi beres, kami segera menuju pintu keluar. Huih…yang bener aja..di balik kaca sana ada seseorang dalam kerumunan membawa kertas bertuliskan “Mr.Isma, AASIC”. Wala…baru aja kemarin aku mengigau kapan ada orang yang njemput aku di bandara dengan gaya seperti itu, eh dengan cepat doa itu terwujud juga di Thailand.Wkwkwk..Sok penting banget deh gue.

Adalah mas Adam dan Pak Pantja, panitia AASIC yang menjemputku di Airport. Mereka adalah mahasiswa Indonesia yang belajar di Thailand. Kami pun bercerita banyak dengannya di Airport sambil menunggu peserta lainnya yang juga katanya bakal datang. Sama dengan di Indonesia, cuaca disana sangat panas menyengat. Aku sangat haus waktu itu. Pucuk dicinta ulam pun mendekam, ada seorang yang sangat baik hati mentraktir kami minum es. Adalah seorang ibu-ibu salah satu peserta AASIC juga dari Indonesia. Dia adalah dosen dari salah satu universitas di Sumatera. Wah..mantap sekali..Terimakasih banyak bu..tau aja kalau kami limit uang batinku.wkwkwkwk

Disana kami berdiskusi dengan Pak Pantja mengeani tempat menginap. Sebelumnya sih aku sudah memesan hostel ke panitia yang pokoknya harganya termurah. Dan benar saja aku dicarikan hostel yang harganya cukup terjangkau. Roki bingung, dia belum pesan sebelumnya. Akhirnya pun aku menawarinya gabung denganku menginap di hostel yang sudah dipesankan untukku. Dia pun setuju. Kami sepakat untuk membayar biayanya setengah-setengah. Waha…mantap..bisa memangkas anggaran.wkwkwkwk.

Setelah semua peserta terkumpul. Pak Pantja mengantarkan kami menuju ke hostel. Kami harus naik taksi untuk sampai di hostel dan kami harus membayar sendiri karena tidak ada anggaran dari panitia untuk biaya akomodasi. 350 bath adalah uang pertama yang kami keluarkan di Thaland. Satu bath setara dengan 300  rupiah, jadi kira-kira ya habis 105.000 rupiah. Yah wajar lah..jarak tempuhnya cukup jauh sih. Dalam perjalanan menuju hostel itu Pak Pantja banyak bercerita mengenai Thailand. Aku tengak-tengok terus selama perjalanan melihat negeri gajah ini yang sepintas keadaanya tidak jauh beda dengan Indonesia.

Kami pun tiba di hostel. Namanya fancy court yang jaraknya tidak jauh dari Songkhla University. Ternyata hostel tersebut adalah semacam rumah kost. Pak Pantja juga ternyata ngekost di tempat itu. 303 adalah nomor kamar kami. Rasa lelah dibadan membuat kami segera menuju ke kamar. Dan wah…ternyata ukuran kamarnya cukup besar. Kasurnya juga besar. Dari kamar itu kita bisa melihat pemandangan kampus  Songkhla University. Cihuy lah pokonya dapet tempat menginap yang murah dan kualitasnya lumayan.wkwkwk.

Malam pertamaku di Thailand. Aku sangat tidak tenang dan nervous mengingat esok hari adalah hari konferensi dan aku harus presentasi. Esok hari bakal menjadi satu sejarah dalam hidupku dimana aku akan berbicara di depan forum Internasional. Jantungku seperti tak kuasa menahan detakan yang kencang. Aku terbanyang-bayang tentang apa yang bakal terjadi besok. Pokoknya aku akan berbuat semampuku esok hari. Siap atau tidak ya harus siap. Aku sudah sampai disini. Semalaman itu baik aku dan roki sibuk sendiri dengan laptop masing-masing. Aku hanya berdoa kepadaNya. “Ya Rab…berilah hamba kemudahan. Ijinkan hamba berbuat semaksimal mungkin esok hari. Jadikan setiap detik yang kujalani besok menjadi sebuah cerita indah yang akan ku kenang seumur hidupku. Hamba pasrah” aku menggumam dalam doa. Lalu cerita seperti apa yang terjadi di esok hari?wait the next story. Thanks for visit   

0 komentar:

Posting Komentar

Flowers

Flowers
The beauty Arachnis

Serangga galau

Serangga galau
The Romantic Insect

Amblyphigi

Amblyphigi
Salah satu biota penghuni ekosistem Gua
 

Browse