Tidak
terasa tiba-tiba terdengar pengumuman dari pramugari bahwa pesawat akan segera
mendarat di Hat Yai International Airport. Jantungku pun kembali bedetak
kencang. Entah kenapa setiap pesawat hendak take off dan landing jantungku
rasanya berpacu lebih kencang dari biasanya.
Mendaratlah
sudah aku di Hat Yai Intrnational Airport. Bandara ini terbilang badara
International baru di Thailand. Ukurannya juga tidak terlalu besar jauh lebih
kecil dari SoeTa milik Indonesia. Armada penerbangan yang melayani rut eke
bandara ini pun masih sangat sedikit, detidaknya yang kulihat ada pesawat Air
Asia, Singapore Airlines, Thai Airlines, dan Tiger Airways yang aku tumpangi.
Walau kecil tapi bandara ini sangat bersih dan semuanya tertata rapi. Bilik
kaca dilorong-lorong memungkinkan kita melihat hiruk pikuk pesawat yang hendak
landing dan take off.
Sesampainya
di Thailand ini aku sedikit lebih tenang karena aku sudah janjian dengan
panitia AASIC dan mereka siap untuk menjemputku. Aku segera mengambil kartu
imigrasi dan segera mengisinya. Disaat aku mengisi kartu imigrasi inilah Allah
kembali menurunkan keberuntunganNya kepadaku. Aku tidak sengaja melihat seorang
pemuda mengenakan baju bertuliskan IPB. Tanpa pikir panjang aku segera
menghampirinya. Ya..yang benar saja..dia juga ikutan AASIC. Wah…senang akhirnya
bisa dapet teman dai Indonesia.
Namanya
Roki mahasiswa semester 4, delegasi dari IPB. Nasibnya sama denganku, dia juga
berangkat sendirian dari Bogor. Bahkan nasibnya jauh lebih tidak baik dari aku.
Dia sempat ketinggalan pesawat ketika hendak terbang dari Soeta ke Changi.
Akibatnya dia harus membeli tiket lagi untuk menuju Changi. Dia pun harus
berdebat dengan resepsionis Tiger Airways karena pihak maskapai sempat menolak
Roki saat hendak boarding ke Hat Yai dari Changi akibat dia tidak ikut
penerbangan dari Jakarta ke Changi. Sampai akhirnya pihak maskapai
memperbolehkannya. Aku salut dengan perjuangan dia hingga akhirnya bisa sampai
ke Hat Yai juga. Bahkan entah hanya ketidaksengajaan atau apa, kami memesan
tiket untuk berangkat dan pulang pada tanggal yang sama. Itu artinya aku bisa
punya temen yang senasib selama aku di Thailand.haha
Ada
satu kejadian lucu di bandara ini. Ketika kami hendak check di bagian imigrasi,
kami diminta untuk menunjukkan kartu imigrasi yang telah kami isi. Ada salah
seorang petugas wanita menghampiri aku dan Roki, dia mengecek kartu imigrasi
yang ku bawa. Dia bertanya dengan bahasa yang tidak aku mengerti. “Hoteo,
Hoteo, Hoteo” katanya. Aku dan Roki hanya saling pandang dan ketawa -ketiwi
mendengar omongan wanita itu. Kami berdua sama sekali tidak mengerti apa yang
dimaksud wanita itu. Kembali wanita itu mengeluarkan kata yang sama. Kali ini
dengan nada agak keras. “Mr. Hoteo, hoteo, hoteo” katanya. Posisi kami saat itu
berada ditengah antrian panjang. Setiap penumpang harus menunjukkan kartu
imigrasinya. Aku sungguh tidak tahu apa maksud wanita itu. Dan akhirnya aku pun
memberanikan diri untuk ngomong. “I’m sorry miss, I don’t understand. What do you
say? Can you speak in English?”kataku kepada petugas itu. Dengan cepat dia
menjawa. “Yes Sir, I talk to you in English. Please you fill this box” katanya
sambil menujuk salah satu bagian dari kartu imigrasi. Oalah…maksud dia itu mau
ngomong hotel. Dia meminta kami mengisi box kosong bertuliskan apakah kalian
akan menginap di hotel, asrama, atau tempat yang lainnya. Kami belum mengisinya
karena kami memang belum tau mau nginep dimana. Hm…cengkok bahasa thai kali ya
jadi ga jelas ngomongnya. Hotel jadi hoteo, hoteo, hoteo.wkwkwkwk.
Setelah
urusan imigrasi beres, kami segera menuju pintu keluar. Huih…yang bener aja..di
balik kaca sana ada seseorang dalam kerumunan membawa kertas bertuliskan
“Mr.Isma, AASIC”. Wala…baru aja kemarin aku mengigau kapan ada orang yang
njemput aku di bandara dengan gaya seperti itu, eh dengan cepat doa itu
terwujud juga di Thailand.Wkwkwk..Sok penting banget deh gue.
Adalah
mas Adam dan Pak Pantja, panitia AASIC yang menjemputku di Airport. Mereka
adalah mahasiswa Indonesia yang belajar di Thailand. Kami pun bercerita banyak
dengannya di Airport sambil menunggu peserta lainnya yang juga katanya bakal
datang. Sama dengan di Indonesia, cuaca disana sangat panas menyengat. Aku
sangat haus waktu itu. Pucuk dicinta ulam pun mendekam, ada seorang yang sangat
baik hati mentraktir kami minum es. Adalah seorang ibu-ibu salah satu peserta
AASIC juga dari Indonesia. Dia adalah dosen dari salah satu universitas di
Sumatera. Wah..mantap sekali..Terimakasih banyak bu..tau aja kalau kami limit
uang batinku.wkwkwkwk
Disana
kami berdiskusi dengan Pak Pantja mengeani tempat menginap. Sebelumnya sih aku
sudah memesan hostel ke panitia yang pokoknya harganya termurah. Dan benar saja
aku dicarikan hostel yang harganya cukup terjangkau. Roki bingung, dia belum
pesan sebelumnya. Akhirnya pun aku menawarinya gabung denganku menginap di
hostel yang sudah dipesankan untukku. Dia pun setuju. Kami sepakat untuk
membayar biayanya setengah-setengah. Waha…mantap..bisa memangkas
anggaran.wkwkwkwk.
Setelah
semua peserta terkumpul. Pak Pantja mengantarkan kami menuju ke hostel. Kami
harus naik taksi untuk sampai di hostel dan kami harus membayar sendiri karena
tidak ada anggaran dari panitia untuk biaya akomodasi. 350 bath adalah uang
pertama yang kami keluarkan di Thaland. Satu bath setara dengan 300 rupiah, jadi kira-kira ya habis 105.000
rupiah. Yah wajar lah..jarak tempuhnya cukup jauh sih. Dalam perjalanan menuju
hostel itu Pak Pantja banyak bercerita mengenai Thailand. Aku tengak-tengok
terus selama perjalanan melihat negeri gajah ini yang sepintas keadaanya tidak
jauh beda dengan Indonesia.
Kami
pun tiba di hostel. Namanya fancy court yang jaraknya tidak jauh dari Songkhla
University. Ternyata hostel tersebut adalah semacam rumah kost. Pak Pantja juga
ternyata ngekost di tempat itu. 303 adalah nomor kamar kami. Rasa lelah dibadan
membuat kami segera menuju ke kamar. Dan wah…ternyata ukuran kamarnya cukup
besar. Kasurnya juga besar. Dari kamar itu kita bisa melihat pemandangan kampus
Songkhla University. Cihuy lah pokonya
dapet tempat menginap yang murah dan kualitasnya lumayan.wkwkwk.
Malam
pertamaku di Thailand. Aku sangat tidak tenang dan nervous mengingat esok hari
adalah hari konferensi dan aku harus presentasi. Esok hari bakal menjadi satu
sejarah dalam hidupku dimana aku akan berbicara di depan forum Internasional.
Jantungku seperti tak kuasa menahan detakan yang kencang. Aku terbanyang-bayang
tentang apa yang bakal terjadi besok. Pokoknya aku akan berbuat semampuku esok
hari. Siap atau tidak ya harus siap. Aku sudah sampai disini. Semalaman itu
baik aku dan roki sibuk sendiri dengan laptop masing-masing. Aku hanya berdoa
kepadaNya. “Ya Rab…berilah hamba kemudahan. Ijinkan hamba berbuat semaksimal
mungkin esok hari. Jadikan setiap detik yang kujalani besok menjadi sebuah
cerita indah yang akan ku kenang seumur hidupku. Hamba pasrah” aku menggumam
dalam doa. Lalu cerita seperti apa yang terjadi di esok hari?wait the next
story. Thanks for visit
0 komentar:
Posting Komentar