7.000 m, 14.000 langkah, Satu mimpi

Jumat, 28 Desember 2012


Hari itu aku masih disibukkan dengan Sidang Umum HIMABIO yang telah memasuki hari kedua. Yah...akhirnya aku di demisioner juga dari organisasi yang telah berjasa membesarkanku sampai aku jadi seperti ini. Malam sebelum hari itu adalah malam yang cukup berat bagiku karena aku harus menyaksikan pemberhentian jabatanku dari pengurus HIMABIO. Dua tahun yang begitu cepat berlalu. Terlebih sedih lagi ketika anak-anaku di Humas HIMABIO malam itu serentak menghampiriku dan menundukkan kepala dihadapanku. Malam yang penuh air mata. Malam dimana aku merasa seperti sangat kehilangan.

Sebelumnya aku mendengar kabar bahwa BSO Arwana akan mengadakan pendakian gunung Sumbing yang terletak di jawa tengah. Banyak dari teman-teman yang berencana ikut serta dalam agenda itu. Wah….gunung sumbing. Salah satu gunung yang menjadi mimpiku. Kebetulan sekali, aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan emas untuk mencoret salah satu mimpiku itu. Tidak berfikir panjang lagi, segera aku putuskan untuk ikut serta dalam pendakian itu.  

Minggu, 23 Desember 2012 cerita itu bermula. Pengalaman hidup yang tak akan pernah aku lupakan.

Sore setelah Sidang Umum yang cukup melelahkan itu selesai, kami janjian untuk berkumpul di dekanat selatan gedung FMIPA UNY. Aku dengan niat dan segala perlengkapanku pergi menuju tempat itu dengan rasa pasti. Segera setelah aku sampai ditempat itu, aku jumpai muka-muka yang penuh ceria dan percaya diri telah cukup lama menanti kedatanganku. Canda, tawa, kehangatan dan kebersamaan dimulai disini. Orang-orang hebat yang ternyata akan mengajariku tentang banyak arti hidup dalam petualangan itu.

Setelah cukup lama menanti, akhirnya lengkap sudah para petualang yang akan ikut serta dalam rombongan. Total semuanya ada 16 orang (Vio menunggu di Magelang). Jumlah yang cukup banyak untuk ukuran pendakian gunung. Aku, Anand, Aziz, mas Ulul, Adit, Udin, Jarot, Prast, Prajawan, Rista, Rizqa, Fanny, Putri, Vio, Karina, dan yang termuda Nrangwesti adalah para petualang yang akan menjadi tokoh-tokoh hebat dalam kisah petualangan ini.

16 tangan menjadi satu. Keberangkatan kami diawali dengan berdoa dan menyatukan tangan kami serta menyorakkan jargon berisi kata-kata semangat. Bersiaplah kami dikuda-kuda pejuang kami (baca:motor) dan segera memulai perjalanan menuju Wonosobo.

Perjalanan menuju Wonosobo bukanlah perjalanan yang mudah. Sepanjang perjalanan itu kami dibubuhi hujan lebat. Tidak jarang juga kami terjebak dalam kemacetan. Hawa dingin dank abut tak luput menghiasi perjalanan panjang itu. Walau cukup melelahkan, tapi kami tetap bersemangat. Hampir 3 jam perjalanan melewati kota Magelang dan Temanggung, sampailah juga kami di kota tujuan. “Wonosobo”.

Malam itu terasa amat dingin. Perut seperti telah enggan menahan rasa lapar dan berontak minta diisi. Perjalanan panjang dari Jogja-Wonosobo memang cukup menguras tenaga kami. Tak hayal, setelah kami sampai di base camp pendakian gunung Sumbing tanpa basa-basi kami langsung memesan makanan. Nasi goreng, nasi telur dan minumam jahe hangat menjadi pilihan kami malam itu. Sembari menanti pesanan kami datang, kami menuju masjid yang tidak jauh dari base camp untuk menunaikan ibadah shalat isya. Air…air….air….nya dingin sekali. Ketika berwudhu, rasanya seperti diguyur air es..mak nyess…Ketika buang air kecil..rasanya jadi mengkerut..loh..apanya yang mengkerut?haha

Yah…setelah lama menunggu, pesanan makanan kami datang juga. Tanpa diminta lagi kami langsung melahap sajian malam itu. Nasi goreng yang terasa sangat lezat. Wedang jahe yang sangat joss gandos. Sungguh sangat spesial sajian malam itu, tapi aku yakin bukanlah karena enaknya masakan makanan itu yang membuat nikmatnya makanan itu di lidahku, akan tetapi karena malam itu aku makan bersama dengan sosok-sosok yang luar biasa (Baca:sahabat).

Aziz sang leader petualangan kali ini segera bangkit setelah kami semua selesai menyantap makan malam. Dia menghimbau semuanya untuk segera tidur. Kami pun serentak mengeluarkan SB masing-masing dan segera menempatkan diri untuk tidur. Kami memang harus pandai-pandai menghemat energi, karena petualangan sesungguhnya baru akan di mulai esok hari. Yah….Pendakian gunung Sumbing.

Datangnya pagi perlahan membuka mata kami. Hawa dingin pagi itu sedikit memanjakan mata kami dan membuatnya sulit untuk terbuka. Walau begitu, kami segera membuka mata kami lebar-lebar karena pagi itu petualanagn hebat akan dimulai.

Dimulai dengan shalat subuh berjamaah, sarapan pagi dan me-repack barang bawaan kami lakukan semuanya dengan penuh antusias. Terdengar suara sang leader yang meminta seluruh personil untuk berkumpul di halaman depan base camp pertanda bahwa perjalanan akan segera dimulai. Mas ulul sang senior meminta semuanya untuk pemanasan dan melemaskan otot-otot. Hal ini amatlah penting untuk mengawali kegiatan-kegiatan yang menggunakan otot dan pikiran seperti salah satunya pendakian gunung.

Lanjut setelah selesai memimpin pemanasan, Mas Ulul segera membuka bicara dan memimpin teman-teman semua untuk berdoa yang selanjutnya diikuti dengan menyatukan tangan dan menggelorakan kata-kata semangat bersama. Ya….selalu kami awali cerita ini dengan berdoa dan menyatukan semangat.

Tibalah saat kaki harus setia melangkah, mengikuti impian yang telah kami gantungkan 5 cm di depan mata kami. PUNCAK SUMBING (Baca: 3371 Mdpl).

Sekitar 8 Jam, adalah waktu yang harus kami tempuh untuk dapat mencapai puncak sumbing(kata petugas base camp sumbing). Langkah pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh……terus dengan tekat kuat dan percaya diri kami ayunkan kaki kami masing-masing menyusuri jalur-jalur pendakian. Senda gurau, tawa, ceria, selalu menghiasi langkah demi langkah. Sumbing sudah menyajikan keindahan semenjak langkah pertama kaki kami. Terlihat dari arah belakang gunung Sindoro tinggi menjulang, kanan kiri jalur pendakian dihiasi dengan desa-desa yang kemudian berganti ladang-ladang petani yang tertata rapi, dan selanjutnya berganti lagi menjadi hutan yang penuh pepohonan. Semakin lama kaki ini melangkah semakin terasa lelah coba menghinggapi. Track pendakian yang selalu menanjak memang tantangan yang harus kami hadapi dalam petualangan ini.

Satu jam, dua jam, tiga jam, kami melangkahkan kaki menyusuri track yang selalu mendaki. Tak mau memaksakan diri, setiap ada teman yang kelelahan selalu kami selingi langkah kaki kami dengan beristirahat. Walau hanya sebentar waktu untuk beristirahat, namun waktu yang sebentar itu cukup bagi kami untuk menghela nafas dan mengusir sejenak rasa lelah.

Hah….setelah hampir 3 jam melangkahkan kaki, sampailah juga kami di post 1. Post ini terletak setelah perbatasan antara ladang petani dengan hutan. Dekat dengan post ini kami temui sungai kecil yang airnya begitu bening dan segar. Begitu beruntungnya kami menemukan sumber mata air ini karena persediaan air memang butuh untuk diisi. Sebuah isyarat bahwa alam tidak akan menyiksa kita. Sebuah isyarat bahwa Allah menciptakan alam ini dengan segala pertimbanganNya. Sungguh tatanan alam yang rapih dan sistematis. Tidaklah pantas disebut sebagai kebetulan semata.

Setelah cukup beristirahat, kami putuskan untuk melanjutkan langkah kaki kami. Selanjutnya kami akan berjalan menuju post 2. Kami lihat dipeta yang diberikan oleh pengurus base camp, terlihat jarak antara post 1 dan post 2 tidaklah begitu jauh (entah skala apa yang digunakan). Dengan semangat kami pun kembali melangkahkan kaki memulai perjalanan menuju post 2.

Akan tetapi kenyataan yang ada berbeda telak dengan apa yang tergambar di dalam peta. Jarak yang kami tempuh untuk sampai di post 2 ternyata cukuplah jauh. Hampir 3 jam kami melangkahkan kaki untuk sampai di post ini. Jam 13.00 WIB dengan nafas yang cukup tersengal sampailah kami di post 2. Rasa lapar mulai datang, kami tak punya cukup waktu untuk memasak di post ini. Hanya roti dan cemilan seadanya kami lahap untuk sekadar mengganjal perut kami yang keroncongan. Di post ini, kami putuskan untuk melakukan ibadah shalat. Memang tidak ada sumber air disini. Tetapi Allah lewat alamnya memang tidak pernah mau menyiksa makhlukNya. Disekitar post ini banyak tumbuh rerumputan dan perdu yang mengandung cukup air untuk kami bertayamum. Dengan khitmat kami lakukan ibadah shalat siang itu di tengah hamparan keindahan alamNya.

Setelah beristirahat, menyantap roti dan shalat, segera kami bersiap melanjutkan perjalanan itu. Sang leader memutuskan bahwasanya kami akan menginap di post watu kotak (semula terbayang dekat). Dengan rasa pasti kami kembali memulai langkah kaki kami menuju watu kotak. Kami tidak menyangka sebelumnya, perjalanan kami menuju watu kotak ini akan menjadi perjalanan yang tidak akan kami lupakan seumur hidup(Baca:pelajaran hidup).

Ditengah petualangan inipun, Sang Pencipta tetap mengingatkan kami akanNya. Ditengah perjalanan ketika kami hendak beristirahat, kami menjumpai papan bertuliskan in memoriam. Sejenak kepala kami menunduk mengucapkan syukur. Sungguh ya Rab…hidup ini memang KuasaMu. Jikalau Kau kehendaki, disaat itupun bisa saja dengan mudah Kau ambil nyawa kami. Tapi Engkau sungguh Maha mengetahui seluruh isi hati.

Sekitar jam 5 sore itu sampailah kami di post pestan, pertemuan antara jalur lama dan jalur baru pendakian gunung Sumbing. Tanpa sadar, rombongan kami terbagi menjadi 2. Kami yang duluan sampai di pestan memutuskan untuk menunggu teman-teman kami yang tertinggal cukup jauh di belakang. Sembari menunggu, kami hempaskan tubuh kami di tanah berumput. Lelah, lemas, pegal-pegal mulai terasa menghantui badan kami. Langit tertutup oleh hamparan kabut putih tebal membuat kami tak bisa melihat sang mentari. Hawa dingin tetap setia menyelimuti. Di tempat itu, kami rekatkan mata kami sejenak berharap mampu mengusir letih.

Dan sungguh, Alam tidak akan menyiksa kita. Kabut yang semula setia menghiasi sekeliling kami seperti ditiup OlehNya. Seketika terbelalak mata kami memandang keajaiban alam yang sungguh luar biasa. Terlihat dari tempat kami merebahkan tubuh, bukit-bukit dengan hamparan rumput indah. Langit biru bening dan mentari yang sejenak menghangatkan tubuh kami. Luar biasa, entah kenapa setelah itu tubuh kami terasa ringan kembali. Mungkin inilah kekuatan yang diberikanNya untuk anak-anak yang ingin sungguh-sungguh belajar mengagungkanNya beserta ciptaanNya.

Hari mulai gelap dan kami baru sampai di pestan. Watu kotak terlihat dari tempat ini (Semula terlihat dekat oleh mata kami). Sang leader segera memimpin kembali rombongan untuk melanjutkan perjalanan.
Malam mulai datang dan kami masih setia dengan langkah kaki kami. Hawa dingin tidak enggan menyelimuti perjalanan kami. Rintik hingga derasnya hujan silih berganti turun membasahi. Sekuat tenaga kami lawan semua itu dan selalu berharap untuk segera sampai di watu kotak. Langkah terasa makin berat dan tubuh bagai diguyur air es.

Sungguh diluar dugaan. Track yang harus kami lalui untuk sampai di watu kotak begitu terjal, mendaki dan sangat jauh. Tubuh terasa sangat lelah, kaki terasa amat pegal, nafas terasa amat sesak, dingin semakin menusuk tulang, dan disinilah terjadi sesuatu yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku.

Rombongan kembali terbagi menjadi dua dan aku berada di rombongan paling belakang. Semula terlihat baik dan seperti tidak akan terjadi apa-apa. Dengan sisa-sisa tenaga kami berjuang melewati beratnya track dan terus melangkah berharap segera sampai di watu kotak. Akan tetapi kenyataan berbicara lain. Adalah putri, teman kami yang tiba-tiba langkahnya melemah. Mukanya terlihat memucat, tubuhnya menggigil dan nafasnya tersengal. Spontan semua pandangan tertuju kepadanaya. Disaat itulah, filosofi rantai bekerja secara spontan. Aku dan anand menggengam tangannya dan terus menuntunnya berjalan menyusuri track yang ternyata semakin sulit. Prajawan dari depan menggengap tanganku erat dan kami berjalan bak rantai yang berikatan sangat erat.

Kondisi putri semakin terlihat melemah ketika hujan bersama angin kencang datang. Kakinya seperti sudah enggan untuk melangkah. Mukanya terlihat semakin pucat dan badannya semakin menggigil. Hiphotermia pikirku. Kami yang ada disekelilingnya benar-benar dibuat cemas dan ketakutan. Sungguh bingung bisa apa kami ini untuk menolongnya ditempat itu. Tidak ada dokter, tidak ada rumah sakit, tidak ada selimut tebal, tidak ada nyala api. Aku, anand dan teman lainya yang ada di rombongan itu terus memberinya dukungan dan semangat. Disaat kondisi seperti itu, putri masih bersikeras mempertahankan tas yang melekat di punggungnya. Dia seperti tidak ingin merepotkan yang lain. Dia seperti ingin sekali membawa tas itu sampai di tempat yang sama-sama kita impikan. Namun akhirnya kami terpaksa melepaskannya ketika kondisi sahabat kami ini semakin melemah. Aku dan anand sibuk memasangkan sarung tangan ke tangan putri. Prast membawakan tas putri. Jarot membawa vio duluan ke watu kotak karena vio juga terlihat melemah dan sangat riskan bila terus banyak berdiam mengikuti kami. Anand tanpa pikir panjang segera melepas jaketnya dan membalutkannya ke tubuh putri. Rombongan depan bergegas memasang tenda dan menyiapkan air panas. Semua bergerak melakukan yang mereka bisa. Semua bekerja sistematis seperti sudah lama dilatih untuk ini. Padahal ini semua terjadi secara spontan.

Kami terus menuntun putri melangkahkan kaki menuju watu kotak. Ditengah hujan dan hawa dingin itu, entah kenapa kaki kiriku tiba-tiba terasa sakit dan sangat sulit untuk digerakkan. Aku seperti sudah sampai batas dan seperti ingin menyerah. Tapi seketika itu aku alihkan pandangan kearah muka sahabatku putri, melihat tekad kuat yang terpancar dari wajahnya entah kenapa kaki kiriku yang semula sangat sakit tidak merasakan apa-apa. Aku seperti tidak memikirkan lagi keadaan kakiku dan terus melangkahkannya. Yang ada dipikiranku saat itu hanyalah bagaimana kami bisa membawa putri sampai ke tenda.

Syukur setinggi-tingginya kami panjatkan kepada Sang pemberi kehidupan. Akhirnya kami berhasil membawa putri sampai di watu kotak. Allah memang tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan hambaNya.

Malam di watu kodok merupakan malam yang penuh dengan kebersamaan. Teman-teman cewek sibuk menolong putri dan teman-teman lain yang kedinginan. Teman-teman cowok sibuk memasak air hangat untuk semua. Hawa dingin malam itu seperti tidak mampu menghancurkan kehangatan kebersamaan kami.

Setelah sejenak rehat, kami memutuskan untuk sholat. Dalam sholat itu aku bersyukur atas nikmat yang diberikanNya dalam perjalanan tadi. Sungguh perjalanan yang mengajarkanku arti persaudaraan. Yang mengajarkan aku tentang arti kehidupan. Setelah sholat pun kami tak langsung memejamkan mata. Walau tubuh sudah terasa amat lelah, namun di dalam tenda itu, aku jarot udin prast dan rista berkumpul sejenak membahas dan mencoba mengambil hikmah atas apa saja yang terjadi dalam perjalanan tadi. Sungguh….semua ini bisa terjadi Karen kehendakNya. Dan sungguh, alam tidak akan pernah menyiksa kita.

Pagi itu cerah. Awan putih menghiasi gunung Sindoro yang terlihat jelas dari tempat kami bertenda. Awan biru terang, sang mentari mulai muncul menghangatkan tubuh. Pagi itu, kami berencana untuk meneruskan perjuangan menuju puncak. Semula kami menargetkan sunrise, tapi melihat keadaan yang sungguh tidak memungkinkan akhirnya kami hapus target itu demi keselamatan semua.

Di pagi nan cerah itu kami disibukkan dengan acara masak-memasak. Masing-masing dari kami saling bantu menyajikan sarapan. Putri  sudah terlihat sehat pagi itu. Tentram aku menatap wajahnya yang sekarang sudah tersenyum. Menu pagi itu adalah mie goreng pakek sosis dan nasi kletis. Kami merasa cukup gagal menanak nasi pagi itu. Tapi walau kletis juga nyatanya habis. Maklumlah…kami benar-benar lapar.

Setelah sukses mengisi perut, kami kembali berkumpul, berdoa dan menyatukan tangan sambil menggelorakan kata-kata penyemangat. Pertanda petualangan akan kembali dimulai. Target pagi itu adalah puncak. Menurut orang-orang, dibutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk sampai puncak dari tempat kami bermalam itu. Namun kami tak menghiraukannya karena takut di PHPin lagi.hehe

Langkah demi langkah kembali kami ayunkan. Puncak setia tergantung 5 cm di depan mata kami. Perjalanan menuju puncak memang sangat menanjak dan cukup penuh bebatuan terjal. Tapi semua itu kami lalui dengan senyum dan rasa percaya diri. Kami sudah menggantungkannya, dan kami yakin kami bisa mencapainya.

Sepanjang jalan menuju puncak banyak keindahan tersaji. Banyak hidup bunga edelweiss yang sayangnya saat itu belum berbunga. Dan yang paling indah ketika di tengah jalan kami disuguhi pemandangan yang luar biasa. Hamparan keindahan menyita mata kami yang semakin menyadarkan kami akan indahnya negeri ini. Tak hayal dalam perjalan itu kami sering meriakkan nama ibu pertiwi.

Hampir 1 jam kami melangkahkan kaki dan akhirnya, puncak begitu dekat. Teman-teman yang sudah duluan sampai puncak berteriak-terika memberi semangat kepada kami yang dibelakang. Mendengar teriakan itu semangat kami terpacu. Kami pun berlari mendaki bebatuan hingga akhirnya impian itu terjawab. Dengan nafas yang masih terengah-engah, sampailah kami di titik tertinggi Sumbing (Baca:3371 mdpl). Syukur aku panjatkan kepadaNya atas karunia yang diberikan hingga akhirnya impian itu tercapai. Sungguh bangga kami berada di tempat ini memandang luasnya langit. Kami berdiri diatas awan. Kami ada di negeri atas awan. Ditempat itu, kami menjadi saksi nyata keindahan ibu pertiwi. Tempat yang banyak mengajarkan kami nilai kehidupan. Tempat yang semakin membuat kami cinta dengan tanah ini. Tempat yang semakin membuat tekad kami menguat untuk menjaga negeri ini.


Ditempat itu, kami kibarkan sang saka sebagai tanda rasa cinta kami terhadap bangsa ini. Ya Rab….inilah kami para generasi penerus bangsa ini. Inilah wajah-wajah kami, pemuda yang sangat mencintai negeri indah ini. Berilah kami tekad kuat untuk menjaga bangsa ini. Berikanlah kami kesetiaan untuk selalu mengharumkan nama bangsa ini. Ijinkanlah kami kelak menjadi pemimpin bangsa yang mampu membawa bangsa ini menjadi bangsa yang tinggi, setinggi negeri di atas awan.

Itulah petualangan kami mencapai puncak Sumbing (Baca:3371 mdpl). 7.000 meter adalah jarak tempuh yang kami lalui dari base camp hingga sampai di puncak. 14.000 adalah langkah kaki yang masing-masing kami ayunkan dari base camp hingga sampai di puncak. Dan semua kami lalui untuk mencapai satu mimpi, yakni PUNCAK SUMBING (Baca:3371mdpl).

Perjalanan pulang ke basecamp bukanlah mudah. Kembali banyak hal kami jumpai yang membuat kami semakin kuat. Bahkan kami sampai di basecamp jam 11 malam lebih. Walau begitu melelahkan, kami pulang dengan bangga. Kami pulang dengan kenangan. Dan kami pulang dengan segudang pelajaran. Gunung Sumbing, menjadi saksi indahnya persahabatan. Sekali lagi, cinta telah membuktikan kekuatannya. J End.



  


  

3726 MDPL

Jumat, 21 Desember 2012

Langkah pertama, kedua, ketiga dan diikuti langkah-langkah selanjutnya. Bersama rombongan dari tegal dan juga rombongan dari Surabaya yang kami temui di pos pendaftaran, kami melangkahkan kaki penuh tekat. Walau baru saja berjumpa, tapi dalam perjalanan itu kami semua seperti sudah kenal sejak lama. Petualangan pendakian ini menjadi seru karena adanya mereka. Memang benar apa yang dikatakan para petualang pendahulu, saat mendaki gunung semua pendaki adalah keluarga. Kita semua saling membantu disini. Keegoismean seperti lenyap begitu saja.
Selama perjalanan itu, kami disuguhi pemandangan yang luar biasa. Di kanan-kiri jalur pendakian tersaji bukit-bukit dan pemandangan yang sangat mempesona. Padang rumput, kabut, burung-burung yang berterbangan membuat rasa lelah yang kadang muncul enyah seketika. Entah kenapa, kaki terasa menjadi lebih kuat untuk melangkah, punggung terasa ringan menggendong tas berisi segala macam bekal yang sebenarnya cukup berat.
Setelah tak terasa hampir 4 jam melangkahkan kaki, sampailah kami di pos 1. Hari sudah mulai sore ketika kami sampai di pos itu. Kami pun memutuskan untuk bermalam di pos itu. Pendaki lain bilang, di pos ini terdapat sumber mata air. Huh…benar-benar luar biasa. Ketika persediaan air kami menipis, akhirnya tidak perlu kuatir lagi karena di sini tersedia air bisa untuk isi ulang.
Kaki Rinjani seperti tidak mau henti-hentinya menyajikan keelokannya. Suasana malam itu benar-benar indah, langit begitu mempesona dengan hamparan bintang-bintangNya. Sang ratu malam pun tidak malu-malu untuk mempertontonkan keindahannya malam itu. Cahaya sang ratu malam cukup menerangi gelapnya tempat itu yang belum sedikitpun tersentuh aliran listrik. Hah….tak terasa malam semakin larut. Kami pun bergegas masuk tenda dan beristirahat. Kami harus hemat energy, karena perjalanan menuju puncak masihlah sangat jauh.
Sudah ku bilang, kaki Rinjani memang tak pernah mau berhenti menyajikan keindahan. Pagi di post 1 benar-benar luar biasa indah. Sun rise nan elok menjadi object indah pagi itu. Suara burung-burung bernyayi dan bukit-bukit yang mengapit post 1 menambah indah suasana pagi itu. Dan yang luar biasa, pagi itu akhirnya kami bisa melihat puncak Rinjani dari kejauhan. Wah-wah…masih begitu jauh sepertinya tempat itu dari sini.hehe
Hah….keindahan pagi itu seketika terenggut. SMS dari seorang sahabat kami rista di Jogja membawa awan hitam dan petir menyambar hati kami. Adalah sahabat kami di HIMABIO, Ardi staff ORSENI telah berpulang ke rahmatullah. Sungguh kami tidak menyangka kami bakal kehilangan salah satu keluarga kami secepat itu. Sedih memang kami tidak bisa ikut ta’ziah ke tempat almarhum. Tapi sungguh saat itu kami berjanji bahwa kami akan mendoakan sahabat kami yang tercinta itu di PUNCAK RINJANI.
Tak berlama-lama, pagi itu kami langsung cabut dari post 1 melanjutkan pendakian. Target kami hari itu adalah harus sampai di pelawangan, yakni post terdekat dengan puncak. Kabarnya, paling tidak perjalanan dari post 1 menuju pelawangan hampir 9 jam.ckckck..
Perjalanan menuju post pelawangan menyajikan cukup tantangan. Track yang terjal, mendaki dan berdebu menjadi santapan kami dalam perjalanan itu. Terik panas metahari menyengat kulit. Dalam perjalanan itu tidak jarang kami berhenti dan rehat untuk menghela nafas. Namun kembali kami seperti dikuatkan. Alam memang luar biasa indah, akhirnya dalam perjalanan itu aku bisa melihat secara langsung bunga edelwise di ekosistem aslinya. Wa….bunga  yang luar biasa.
Setelah cukup gempor kaki berjalan, sampai juga kami di pos pelawangan. Hyah…cukup heran kami setelah sampai disana. Yang benar saja, masak iya di atas gunung hampir 3200 mdpl itu ada rombongan keluarga kayak pada piknik. Mereka berseda gurau dengan menyantap makanan-makanan lezat yang disediakan oleh para porter. Haha..Rombongan orang kaya itu menyewa porter banyak banget. Pantesan, Anak kecil 3 tahun pun ternyata bisa sampai ditempat itu. Beginilah…kadang uang memang bisa menyita semuanya.
Alhamdulilah….di post ini juga kabarnya tersedia mata air. Entah seperti apa Allah menciptakan ala mini hingga menjadi amat berkah bagi makhlukNya. Kita manusia sudah sepatutnya bersyukur. Hm…mata air di post pelawangan ini lebih besar dan lebih segar disbanding yang ada di post 1 tadi. Air disini begitu dingin dan kalau dimasukkan ke botol bakal mengembun semacam air di kulkas. Segar bugar..haha. Oh iya..di post ini juga banyak sekali kawanan makaka. Mereka sangat usil dan sering mengambil makanan pendaki bila kita lengah.hehe
Post pelawangan adalah post terdekat dengan puncak. Jadi kami disini harus bermalam dan pagi-pagi sekali harus berangkat menuju puncak. Sekedar info, biasanya para pendaki memulai perjalanan ke puncak  pukul 01.00-03.00, ya…semua tentu ingin mencapai puncak sebelum matahari nongol.
Pagi itu sungguh sangat dingin. Pukul 01.30 dini hari di post pelawangan sungguh dingin menusuk tulang. Nada alarm dari masing-masing HP kami besahutan berlomba membangunkan kami dari tidur pulas. Setelah agak lama, akhirnya kami bangun juga. Pagi itu jam 2.00 kami bergegas bangun dan menyiapkan segala keperluan untuk perjalanan ke puncak. Diluar tenda udara semakin terasa amat dingin. Suasana disekitar post sudah tampak ramai dengan para pendaki yang memulai pendakian. Kami termasuk yang berangkat terakhir, ya…biasalah..akibat telat bangun dan rempongnya persiapan.hehe
Senter nyala, jaket, sarung tangan, oke…berkumpulah kami sejenak untuk memanjatkan doa kepada Sang Kuasa agar kami diberi keselamatan. Huh….mulailah kami melangkahkan kaki menuju puncak. Perjalanan menuju puncak adalah perjalanan terberat dalam pendakian gunung Rinjani. Track yang mendaki dan berkerikil adalah jalan yang harus dilalui oleh para pendaki. Dan yang benar saja….perjalanan itu memang cukup berat. Rombongan dari tegal 3 orang terpaksa berhenti dan kembali ke camp akibat satu diantara temannya cedera karena terjatuh. Wah…memang cukup sayang…padahal tinggal sebentar lagi sampai puncak.
Dengan sekuat tenaga kami melangkahkan kaki naik dan naik. Entah kami tak bisa meliahat jelas apa yang ada di kanan kiri track pendakian itu karena pagi memang masih buta. Yang ada dalam pikiran kami adalah puncak. Setiap kami bertemu pendaki lain kami saling sapa. Entah kenapa, setiap sapaan itu seperti memberikan tambahan energy bagi kami dan langkah kaki kami menjadi sedikit ringan. Naik..naik…dan terus naik…sejenak kami selingi lamngkah kaki kami dengan beristirahat untuk sekadar menenggak air dan menghirup nafas panjang. Setelah lama berjalan, kaki mulai terasa berat. Track terus saja naik dan berkerikil. Debu-debu bertebaran mengganggu nafas. Kami harus mengenakan masker.
Satu jam, dua jam, dan tiga jam….goresan warna orange, jingga, merah dan putih mulai terbentuk di ufuk timur, pertanda sun rise akan segera datang. Kami masih cukup jauh dari puncak. Pras dan Jarot sudah duluan di depan. Aku bersama udin  tertinggal dibelakang. Kami berusaha sekuat tenaga melangkahkan kaki dan terus melangkah. Kadangsetiap  10 langkah atau kadang 5 langkah kami putuskan untuk rehat. Benar-benar pendakian yang melelahkan.
Puncak sudah terlihat, sang mentari perlahan mulai menunjukkan keelokannya. Sun rises is Coming!!!!!!!!!!! Begitulah….teriakan dari seorang pendaki mengabarkan kepada pendaki lain bahwa sunrise telah datang. Seketika pandangan kami terpusat kearah timur. Subhanallah semburat perpaduan warna menghiasi munculnya sang surya. Gradasi warna yang tak akan pernah bisa terlukiskan oleh pelukis hebat sekalipun. Sungguh keindahan yang tak terlukiskan. Mata kami seperti berat untuk berkedip seolah tidak ingin melewatkan satu detik pun fenomena alam yang sungguh luar biasa itu. Kurebahkan tubuhku ke hamparan kerikil di jalur pendakian. Kembali ku tengok kearah timur, saat ku buka mata, tepat didepan mataku terdapat bunga edelweiss. Pemandangan yang semakin membuat mataku terbelalak.
Sun rise pagi itu adalah yang terindah dalam hidupku. Belum pernah sebelumnya aku melihat keindahan yang semacam itu. Lagi-lagi, Rinjani menyajikan keindahan yang tidak akan pernah aku lupakan dalam hidupku.
Perjuangan belumlah usai. Aku masih belum sampai puncak. Segera setelah puas menyaksikan sunrise, aku bangkitkan tubuhku dan kembali melangkahkan kakiku. Yah…langkah demi langkah aku ayunkan. Sedikit demi sedikit, puncak semakin dekat. Dekat dan dekat. Sempat rasanya aku ingin berhenti karena rasanya kakiku sudah melampaui batas. Tapi entah kenapa, dorongan kuat muncul ketika aku pandang kearah atas. Puncak, puncak, puncak. Aku harus bisa sampai puncak. Terus aku menggurui dan member semangat diriku sendiri untuk terus melanjutkan sampai puncak. Doa selalu tercurah dari bibirku mengharap kekuatan dan keselamatan dari Sang pembuat hidup. Dan dengan cukup berat aku terus berusaha mengayunkan kaki dan menatap kearah atas.




Come on…come on…you are on the top! Terdengar pendaki bule berteriak kepada rekannya yang tak jauh dariku. Hah...sungguh….inilah hasil perjuangan hebat itu..Dengan nafas yang sedikit terengah-engah, aku rebahkan tubuhku sambil mengucap syukur. Sampailah aku di puncak gunung Rinjani. 3726 Mdpl. Puncak tertinggi ke 3 di Indonesia. Kaki ini sungguh gemetar berdiri di tanah ini. Kutarik nafas panjang, ku buka mataku dan kutengok arah sekelilingku. Rabi…..inilah ciptaanMu ya Rab…Pemandangan yang luar biasa tersaji disini. Lautan, daratan, bukit, hingga danau segara anakan terlihat dari sini. Udara begitu segar dan semakin hangat ketika mentari mulai merangkak keatas. Rasa pegal, capek, lemas musnah seketika ditelan keindahan itu. Sungguh usaha keras yang terbayar lunas.



Kami tegap berdiri di atas puncak itu. Tegap kami mencoba menutup mata. Kami arahkan pandangan kami ke atas langit. Hah….Sang pembuat hidup terasa lebih dekat di tempat ini. Teringat akan jaji kami kala itu, di sini…di puncak tertinggi Rinjani..kami serempak panjatkan doa. Doa untuk kami, untuk keluarga kami, untuk semua sahabat kami, dan doa untuk sahabat kami ardhi yang telah mendahului kita semua kembali ke Rahmatullah. Air mata coba mengalir, tapi dengan teguh ku bendung.
Inilah puncak Gunung pertamaku. Puncak Gunung Rinjani. 3726 Mdpl. Puncak yang tak akan pernah hilang dalam hatiku.
    

Menuju Kaki Rinjani

Rabu, 14 November 2012


Siapa sangka, melancong kami di pulau seribu masjid disertai dengan petualangan hebat yang tidak terencana. Yup…adalah Gunung Rinjani yang menjadikan perjalan kami ke Lombok begitu berkesan dan tidak akan pernah terlupakan. Semula kami tidak berencana untuk mendaki gunung tersebut, akan tetapi diskusi kami sewaktu berada di dalam kereta sritanjung berbuah tekad untuk mendaki Gunung tertinggi ke-3 di Indonesia tersebut.

Setelah beristirahat di rumah win, pagi itu kami berangkat ke Lombok timur diantarkan oleh Bapak win dan Winarta sendiri dengan mobil. Setelah menempuh perjalanan hamper 2 jam, tibalah kami di Lombok timur. Adalah desa Sembalun, yang menjadi garis start pendakian Gunung Rinjani. Namun ternyata, untuk mencapai sembalun tidaklah mudah. Kami harus naik mobil pick up karena jalannya lumayan ekstrem. Win dan Bapak win hanya bias mengantar di daerah iqmal tempat dimana kami bisa mencari tumpangan menuju ke Sembalon.

Hati yang semula rada gelisah dan ragu perlahan memudar ketika kami berjumpa dengan para calon pendaki-pendaki lain. Adalah rombongan dari Tegal yang terdiri dari 3 orang yang selanjutnya bergabung dengan kami untuk melakukan petualangan hebat ini bersama.

Setelah berbelanja bekal secukupnya, kami akhirnya mendapatkan mobil pick up yang bersedia membawa kami ke Sembalun. Namun tenyata numpang disana berarti tidak gratis alias bayar. Satu anak dikenai biaya 10 ribu untuk perjalanan trip ke Sembalun. Wah..lumayan mahal juga ya…padahal kami harus berbaur dengan bertumpuk barang belanjaan yang ada di mobil pick up itu.  

Perjalanan kesembalun menyajikan pemandangan yang menyita mata. Hamparan bukit di kanan kiri jalan menjadikan suasana yang begitu mempesona. Jalan yang naik turun sempat membuat perutku sedikit tergoncang dan membuatku mual. Untung ada antangin, sekali minum rebes urusan mual-mual hilang..hehe…  
    
Hampir 1.5 jam perjalanan, akhirnya sampailah kami di desa Sembalun. Desa itu masih begitu asri dan belum ramai. Di desa inilah start pendakian dimulai. Di desa ini terdapat satu post yang mengurusi tentang pendakian Gunung Rinjani. Kami mengunjungi post tersebut dan membeli tiket pendakian, satu anak sebesar 10 ribu rupiah. Setelah mengisi data diri dan diberikan tanda pendaki, kami bersiap untuk memulai petualangan itu. Rasa ragu dalam hati kami semakin memudar ketika kami kembali berjumpa dengan rombongan calon pendaki lain yang turut bergabung dengan kelompok. Adalah rombongan dari Surabaya yang terdiri dari 7 orang yang selanjutnya menjadi group pendakian kami.  

Kekawatiran dan rasa minder muncul dalam hati ketika melihat para pendaki lain yang semuanya membawa tas besar dan sepertinya berisi banyak bekal makanan. Padahal kami hanya berempat hanya membawa tas ransel yang tidak terlalu besar dan hanya berisi bekal yang tidak terlalu banyak. Namun sudah sampai di sembalun, kami bergegas bersiap-siap dan membuang jauh-jauh keraguan itu. KAMU PASTI BISA..itulah kata-kata yang senantiasa kugelorakan dalam diriku untuk menyemangati diriku sendiri. Maklum, ini adalah pengalaman pertama aku mendaki gunung. Dan pengalaman pertama ini langsung harus mendaki Gunung Rinjani yang memiliki tinggi 3726 Mdpl. Waw….luar biasa tingginya.

Setelah mantap dengan persiapan masing-masing, bersama dengan rombongan kami bergegas naik kembali ke mobil pick up yang kami sewa untuk mengantarkan kami menuju garis start pendakian. Hal konyol kami temui ketika sang sopir gila-gilaan mengendarai mobil pick up tersebut. Jalan tanah bergelombang dan berbatu dia lewati saja dengan mobil pick up itu. Sontak mobil berjalan dengan berguncang yang membuat kami ikut pula berguncang. Wah…udah kaya off road aja tuh sopir…gila amat memaksakan mobilnya melewati medan yang ancur kaya gitu.

Setelah sampai di titik strart, kami beristirahat sejenak untuk memulihkan kepala kami yang pusing akibat guncangan di mobil tadi. Keindahan seperti sudah tidak sabar menyapa kami. Di titik itu, kami sudah disuguhi keindahan berupa kawanan burung elang yang terbang kesana-kemari sambil mengeluarkan suara khasnya. Kanan-kiri terlihat hamparan padang rumput luas….sungguh begitu indah, padahal ini baru di kaki Gunung.  

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang dan kami memutuskan untuk sholat sekalian. Setalah sholat, barulah kami berkumpul dan berdoa untuk benar-benar memulai langkah kami mendaki Gunung Rinjani. Inilah para petualang Gunung Rinjani dari Jogja-Tegal dan Semarang yang bersatu…..Jepret…Bismillah…petualanga dimulai.haha




Malaikat Penolong Kami di Lombok



Beruntung…itulah kata yang tepat buat kami ketika kami tiba di pulau seribu masjid. Jalan yang diberikan Allah kepada kami memang nyata…kemudahan selalu muncul disetiap perjalanan kami. Adalah keluarga dari teman kami Winarta yang dikirimkan Allah sebagai penolong kami selama kami di pulau Lombok. Winarta adalah mahasiswa kimia 2011 UNY yang berasal dari Lombok. Anehnya justru kami mengenalnya bukan di Jogja, akan tetapi sewaktu kami mengikuti MUN di UI Jakarta.

Setelah turun dari truck tumpangan, kami menghubungi Winarta dan tidak lama berselang akhirnya si Win datang bersama 3 orang temannya yang masing-masing membawa motor. Wah..wah..udah kayak apa aja datang-datang langsung dijemput..Padahal kan kami ini backpacker ngakunya..haha…...

Dibawalah kami ke rumah win. Dalam perjalanan, aku memandangi keindahan malam kota Mataram yang ternyata begitu padat dan ramai. Tidak merasa seperti di Lombok yang dikenal masih asri dan belum ramai. Kata Win, memang Mataram adalah pusat dari Lombok. Jadi kota ini adalah kota satu-satunya yang ada di Lombok. Seluruh keramaian terpusat di kota yang ternyata cukup mungil ini.

Satu pelajaran kami dapat selama perjalanan ke rumah win. Ternyata, lalu lintas disana begitu semrawut dan tidak beraturan. Lampu merah disana benar-benar tidak dianggap. Main cloning, tebras lampu merah itu sudah menjadi hal yang biasa, terang salah satu teman win yang semotor denganku. Satu lagi, telah terbukti bahwa memang orang-orang Lombok itu terkenal dengan sifatnya yang keras, apalagi kepada orang-orang luar daerah yang tidak bias berbahasa sana. “Jangan cari masalah dengan orang sini mas, orangnya keras-keras dan kekeh, kalo berbuat salah mending segera aja minta maaf sebelum dipulukin,” tambah teman Win itu. Wah….cukup nakutin juga penjelasan itu. Harus hati-hati nih…

Sampailah kami dirumah Win….tak disangka, ditempat itulah kami bertemu dengan sosok-sosok yang luar biasa baiknya. Adalah keluarga Win yang benar-benar membuat kami tidak enak saking baiknya mereka pada kami. Bagaimana tidak, disana kami disuguhi makan dan disediakan tempat beristirahat. Hotel gratis yang tentunya memang kami harapkan sebagai seorang backpacker..haha…

Belum cukup gambaran kebaikan keluarga win? Masih banyak lagi kebaikan yang diberikan mereka kepada kami. Ketika kami ingin plecing kangkung, ibu win segera saja memasakkannya kepada kami, ketika kami bingung mengenai track pendakian Rinjani, Bapak win lah yang mencarikan informasi tersebut. Bahkan beliau inilah yang mengantarkan kami menuju Lombok timur tempat dimana strart pendakian dimulai. Bahkan kami dibelikan kue bantal khas Lombok ketika perjalanan menuju Lombok timur. Yang luar biasa lagi, Bapak win ini menjelaskan mengenai sudut-sudut kota mataram dan tempat-tempat lain di Lombok. Selama perjalanan, Bapak win ini seperti berperan sebagai tour guide bagi kami. Sungguh dari beliau kami mendapatkan banyak informasi mengenai pulau Lombok.

Belum cukup sampai disitu. Ketika kami hendak pulang meninggalkan lombok, Bapak Win lah yang mengantarkan kami ke pelabuhan. Ibu win tidak ketinggalan baiknya, beliau membuatkan kami bekal makanan untuk di kapal. Subhanallah sekali kan baiknya.hehehe…Patut bersyukur kami bertemu sosok-sosok luar biasa tersebut.

Begitulah, pertemuan kami dengan malaikat penolong kami sewaktu di Lombok. Sungguh sosok-sosok yang luar biasa kebaikannya. Terimakasih kami ucapkan kepada Keluarga Winarta di Lombok, semoga seluruh kebaikan ini dibalas oleh sangMaha Kuasa. Amin…J

Dibalik Pulau Seribu Masjid

Selasa, 30 Oktober 2012


Impian itu akhirnya datang juga. Setelah mantap ku tulis impianku untuk mengunjungi pulau Lombok, akhirnya sampai juga aku di pulau indah itu. Cerita kembali bermula di stasiun Lempuyangan. Pagi itu, senin 27 Agustus aku bersama Jarot, Udin dan Pras kembali bertemu di stasiun dengan perlengkapan ala back packer seadanya. Tujuan perjalanan kami kini ke arah timur. Kerena Sri Tanjung berharga tiket 35 ribu membawa kami selama hamper 15 jam hingga sampailah kami di kota Bayuwangi.
Jam 10 malam sampailah kami di kota bayuwangi. Perjalanan yang amat panjang membuat perut kami tak mampu lagi menahan lapar. Kami putuskan untuk mencari makan malam itu. Entah kurang beruntung atau tertipu, makanan satu porsi di malam itu seharga Rp.17.500,00. Sungguh angka yang fantastis bagi kami yang tabiatnya seorang back packer yang limit uang.
Setelah perut kenyang dengan perasaan sedikit kecewa harus mengeluarkan banyak uang untuk makan malam itu, kami menuju ke pelabuhan untuk menyeberang ke bali. Bukan tempat penyeberangan manusia yang kami datangi, tapi kami justru menuju ke tempat penyeberangan truck dan bus. Disana kami menanti truck-truck yang mau kami tebengi menuju Lombok. Ya..begitulah berpergian ala back packer, harus pinter dan berani itungan kalau mau sampai.
Di tempat itu kami bertemu dengan bapak-bapak ga tau siapa tapi dia menawarkan bantuan untuk mencarikan tebengan truck. Yah…calo mungkin…tapi bapaknya baik kok..jadi ya kami percaya aja sama bapaknya. Hampir 5  jam menunggu sambil tiduran, akhirnya dapat juga truck yang mau membawa kami menuju Lombok. Lah…ternyata harus bayar to…tak kira gratis..mana cukup mahal juga ternyata..satu anak 100rb..mantap kan, udah kayak bus malam aja. Tapi kata bapaknya itu udah murah. Setelah kami hitung-hitung, memang benar lebih murah daripada kami harus menyeberang secara manual.hehe…Cap cus deh kami ikut truck itu.
Cerita lucu muncul ketika perjalanan kami menebeng truck menuju Lombok. Selama perjalanan melewati pulau Bali, sang sopir rajin untuk menyuruh kami mendekam dan bersembunyi di balik kursi supaya tidak terlihat dari kaca depan. Sang sopir menjelaskan bahwa sebenarnya tidak diperbolehkan truck membawa penumpang, bisa terkena pasal kalau ketahuan. Terlebih polisi di Bali terkenal keras dan berjiwa tilang alias jeli melihat kesalahan. Wah…keren juga ya polisi di bali, tidak jauh beda dengan polisi di daerah rumahku Gunungkidul yang polisinya juga terkenal jeli.hehe
Perjalanan darat kini beralih ke perjalanan laut. Kami harus menyeberang selat Lombok selama 4 jam untuk dapat sampai di tanah Lombok. Perjalanan laut ini sungguh menjadi perjalanan laut terlama yang pernah saya lalui. Selama perjalanan kami menikmati indahnya lautan yang dihiasi dengan pulau-pulau kecil nan luar biasa. Perjalanan itu berubah menjadi menjenuhkan ketika kapal hendak merapat ke pelabuhan, kapal berhenti selama hamper 2 jam untuk bergantian parkir dengan kapal yang lain. Padahal kami sudah begitu tak sabar untuk menginjakkan kaki di tanah Lombok. Daripada boring menunggu, kami habiskan waktu itu untuk memejamkan mata hingga akhirnya kami terbangun ketika kapal mulai bergerak lagi untuk benar-benar merapat ke pelabuhan.
Finally…..sampailah kami di Pulau Seribu Masjid, Lombok Island. Here we create many wonderful stories. Wait the next post for the wonderful adventures…

For The Last Grandmother(Always in my heart)

Rabu, 08 Agustus 2012


Kembali kini kami menunduk serentak
Bukan lagi sedih melihat penderitaanmu
Bukan lagi perih melihat kau tergeletak lemah
Bukan lagi prihatin dengan beribu obat yang harus kau tenggak
            Entah harus sedih atau bahagia
Entah harus menangis atau tersenyum
Berat menahan air mata ini
Berat untuk melepasmu pergi
Rasa kehilangan selalu pedih menusuk tulang hati
Kusadari
Kehidupan terlahir untuk akhir kematian
Perjumpaan muncul untuk akhir perpisahan
Hidup hanyalah segelincir waktu untuk bersapa
Hidup hanyalah sepercik kebersamaan
Kelahiran dan kematian hanyalah setebal kertas tipis
            Namun apa daya
Sesak nafas kami kau tinggalkan
Terlalu cinta kami akan dirimu
Terlalu sayang…….
Terlalu nyaman hati ini ketika bersamamu
My last grandmother……
Walau berat…kini kucoba belajar ikhlaskan kepergianmu
Walau darahmu berhenti mengalir
Walau ragamu kini telah terpendam
Dalam hatiku…kau dan rasa sayangmu tetap hidup selamanya
Kau sepenggal karunia terindahNya…


 Thanks a lot my grandmother...we will always remember your

YANG UNIK DI KEMENDIKBUD RI



Setelah kami menyelesaikan tugas di MENSESNEG RI, petualangan kami hari itu kami lanjutkan ke KEMENDIKBUD RI. Keperluan kami di KEMENDIKBUD sama, yakni masih dengan proposal-proposal HIMABIO tercinta. Setelah keluar dari MENSESNEG kami merasa lapar saat itu. Tapi gimana, saat itu kami ada di kawasan yang super elit. Pasti harga makanan disana mahal sekelas hoka-hoka bento, KFC dan sebangsanya. Kami sebenarnya menemui satu warung makan saat hendak menuju shelter busway. Tapi kok keliatannya tidak selera, jadi kami putuskan untuk menyelesaikan tugas di KEMENDIKBUD dulu baru deh cari makan.
Tidak lama setelah menunggu di shelter busway datanglah bus yang membawa kami menuju kawasan Senayan, tempat terletaknya KEMENDIKBUD. Tidak lama perjalanan sampai juga kami di Senayan. Terlihat sekilas dari kaca busway stadion Utama Gelora Bung Karno. Wah…padahal pengen banget rasanya mampir kesana untuk setidaknya foto-foto. Tapi karena naik busway ya gimana, kalo turun pasti harus bayar lagi. Hehe..Mahasiswa harus pinter itungan. Apalagi berada di kawasan elit kayak gini.
Sampailah kami di shelter busway apa namanya. Pokoknya lokasinya gak jauh dari KEMENDIKBUD. Berjalan tidak lama dari shelter busway itu kami sampai juga di tempat tujuan kami. Ya…”KEMENDIKBUD RI”. Terlihat dari kejauhan gedung itu begitu tinggi dan mewah. Seperti di MENSESNEG tadi, kami semula seperti orang bingung. Tapi disini kami lebih PD karena kan KEMENDIKBUD, rumah Mahasiswa juga dong sebagai pelajar.hehe..Jadi dengan PDnya kami bertanya ke pak satpam disana tempat bagian kemahasiswaan. Ternyata di KEMENDIKBUD ada sekitar 5 gedung yang diberinama A,B,C,D,E. Nah..bagian kemahasiswaan tempat penerimaan proposal itu berada di gedung E.
Sebelum kami pergi mencari gedung E itu, kami memutuskan untuk singgah di masjid KEMENDIKBUD untuk ibadah shalat dzuhur. Hm…kondisi masjid di KEMENDIKBUD lumayan keren lah. Ukurannya sedikit imut tapi tatanannya keren dan rapih. Penuh hiasan kaligrafi berwarna emas disana membuat keadaan di dalam masjid begitu terlihat megah.
Setelah shalat dzuhur kami segera cabut mencari tujuan kami, yakni gedung E. Setelah berkeliling kawasan Gedung KEMENDIKBUD, akhirnya kami jumpai juga gedung E. Gedung itu terletak paling pojok. Pantes susah tadi nyarinya.
Sama seperti di MENSESNEG tadi, pintu di gedung ini juga canggih bisa buka sendiri.hehe..Setelah kami masuk gedung itu, ternyata sedang istirahat. Yah..kami harus menunggu deh hingga buka. Tapi kami gak mau tinggal diam, kami dapat informasi jikalau bagian kemahasiswaan yang akan kami tuju berada di lantai 7. Wah..tingginye…kami pun dengan cepat naik lift munuju lantai 7.Hm..rasanya baru pertama ini deh aku naik lift sampai lantai 7.hehe…tinggi juga ternyata. Sampailah kami di bagian kemahasiswaan itu. Ternyata ya masih tutup. Sedang istirahat. Sambil menunggu kami pun melihat-lihat keadaan gedung itu dan membaca informasi-informasi yang tertera di bagian lorong ruang di lantai 7 tersebut. Ada banyak info, diantaranya study overseas, beasiswa dan lain2.
Tidak lama menunggu buka lah secretariat kemahasiswaan itu. Waduh…kami kalah sigap. Baru berapa detik buka, antrian udah lumayan panjang aja. Mau ga mau ya kami pun harus antri dah menunggu giliran. Ketika sampai giliran kami, eh kitanya malah diminta ke lantai 9 yaitu tempatnya Pak Dirjen. Waduh…beneran ga nie suruh ke ruang Dirjen.Hm…sesuai dengan himbauan itu kami langsung bergegas naik lift menuju ke lantai 9. Wah…tambah lagi rekornya, tadi 7 sekarang 9. Makin tinggi.hehe..
Setelah sampai disana, kami segera menemui bapak-bapak yang jaga di secretariat lantai itu yang sangat sepi, beda dengan lantai 7 tadi yang antrinya masyaAllah. Kami pun menjelaskan maksud kedatangan kami dan menyodorkan proposal kami. Setelah itu kami diminta menunggu di rung tunggu sementara bapaknya pergi membawa proposal kami entah kemana. Ruang tunggu disana cukup mewah. Walau imut tapi kursinya empuk, full ac dan bersih. Saking enaknya menunggu sampai terasa bapaknya datang sangat cepat. Padahal ya cukup lama juga si bapak tadi meninggalkan kita.hehe..Eh beliau datang tak sendiri, seorang lelaki masih agak muda bersamanya dan lelaki itulah yang menjelaskan kami tentang satu proposal kami yang tidak mereka mengerti. Yakni proposal mengenai legalitas HIMABIO. Yah…gimana sih pak..kami jadi bingung dan ternyata bapaknya pun bingung. Jadi kami sama-sama bingung.lah..gimana ini.hehe..Setelah pada bingung kami diminta turun ke lantai 7 lagi untuk mengurus kebingungan itu.
Dengan cepat kami sampai kembali di lantai 7. Disana kami menjelaskan lagi kalo kami diminta ke lantai 7. Langsung deh mbak-mbaknya membawa proposal kami ke  Ibu-ibu yang selanjutnya datang menemui kami.Yah..ampun…ternyata legalitas itu aturannya belum jadi. Himbauan dari beliau kalau HIMA ingin membuat acara, hanya perlu tanda tangan sampai WRIII itu udah sah katanya…Hyah elah…tau gini dari tadi bu…gak pakek acara pada bingung-bingungan tadi diatas.hehe.
Setelah itu kami turun kelantai dasar untuk selanjutnya menuju gedung depan tempat diparkirnya mobil pak mentri untuk mengajukan proposal ke DIKTI. Di perjalanan kami melihat sesuatu yang unik. Tanpa sengaja aku menengok kearah atas dan ada 3 pemanjat tebing di gedung tinggi itu. Wah…kayak udah ga ada tebing aja milih gedung untuk dipanjat. Eh tapi setelah benar-benar kami liat, ternyata 3 orang itu bukanlah pemanjat tebing, melainkan 3 pekerja cleaning servis yang hendak membersihkan kaca gedung. Wah…wah…wonderfull lah. Mau membersihkan kaca aja sampai harus toh nyawa. Haha..makanya bikin gedung jangan hanya waton tinggi dong, sekalian yang canggih gitu ada pembersih kaca otomatisnya. Kasian pekerjanya kalo jatuh gimana coba.haha.
Hm…sekilas gedung ini tampak sama dengan yang lain, bersih dan mewah. Tapi siapa sangaka ada yang unik disini. Ketika kami hendak masuk kegedung, kami menjumpai ada seekor kucing yang nongkrong di meja depan pintu masuk gedung. Waduh..bagaimana urusanya ada kucing di gedung mewah nan bersih ini.haha..si kucing terlihat sangat enjoy duduk di meja nan bersih itu. Apa jangan-jangan itu kucing peliharaan pak menteri yang berharaga miliaran ya?ah..mana mungkin orang kucingnya aja kucing biasa dan lebih terlihat seperti kucing liar.hehe… 
Setelah meminta informasi di bagian secretariat, kami diminta menuju ruang peneriamaan proposal. Hm…gedung yang ini terlihat agak ancient dibandingkan yang tadi. Mungkin ini gedung tua kali ya.hehe…sampailah kami di tempat yang dimaksud penjaga secretariat tadi, kami berjumpa dengan ibu-ibu yang menerima kedatangan kami dengan senyum garing. Ibu-ibu tadi segera menerima proposal kami. Ibu itu terlihat amat sibuk sih. Sampai-sampai pas ngecap tanda terima kebalik. Haduh..hati-hati dong ibu…jangan tergesa..kami kan juga ga nyusu-nyusu.hehe. Setelah semua tugas beres, perut kami benar-benar protes. Kami bertanya pada ibu-ibu tadi tempat kantin di KEMENDIKBUD, iya kata beliau kantin yang ada di lantai dasar KEMENDIKBUD adalah kantin umum.
Kami pun berjalan keluar gedung. Sebelum keluar, kami melihat-lihat foto-foto anak-anak berprestasi RI yang dipampang di tiang gedung itu. Wah…wah…hebat ya mereka, kecil-kecil udah bisa mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Gak kayak aku yang udah segede ini masih aja tetep nol.hehe
Sampai lah kami di kantin yang kami maksud tadi. Waw…kejutan, kantinya ternyata isinya biasa aja. Bukan kelas hoka-hoka bento, KFC dan sekelasnya, akan tetapi ya ada soto, bakso, mie ayam, bubur ayam dan panganan umum kayak di kantin-kantin lain. Keadaanya pun juga tidak terlihat seperti di kawasan elit KEMENDIKBUD. Semua biasa aja lah.hehe…Setelah melihat menu, kami pun mulai memesan. Kami bertiga satu selera yakni memesan soto dan minumnya pun juga sama, yakni es doger. Ya….lumayan lezat dah makanan yang kami pesan itu. Mengenyangkan sampai aku gak habis.hehe…
Waduh….setelah kenyang ada kejutan.. 3 orang habis lebih dari 60 ribeng.ckck…yang bener aja, padahal kami Cuma makan soto dan es doger.wah.wah....kami tertipu dengan kemasan. Terlihat biasa tapi ternyata harganya sekelas hoka-hoka bento dan sejenisnya, malah kalo dibandingin lebih mahalan ini.hm….untung aja ada pak bos yang bayarin..ya pras berlagak jadi bos hari itu dengan membayari semuanya dari makan sampai busway.haha…Gapapa kan pake uang delegasi bro.hehe
Huh…petualangan kami di KEMENDIKBUD pun berakhir sudah. Tidak lupa kami mengambil foto untuk kenang-kenangan. Sekarang giliran mobil pak KEMENDIKBUD yang jadi korban narsis kami.hehe…
Petualangan kami di Ibukota memang meninggalkan sejuta kenangan dan pengalaman yang luar biasa. Apa yang kami lakukan dan kami jalani selama disana benar-benar mengajarkan kami dalam banyak hal. Petualangan kami tidak berakhir sampai di KEMENDIKBUD. Masih banyak cerita lagi. So tetap setia dengan blog ini.hehe..

Ada apa di MENSESNEG RI?

Kamis, 02 Agustus 2012

Tujuan kami melalang buana di Ibukota tidak hanya untuk mengikuti agenda MUN di UI. Kami sebenarnya juga memiliki rencana khusus untuk berkunjung ke tempat para penggedhe negara bekerja. Adalah MENSESNEG dan KEMENBUD dua lembaga negara yang menjadi rencana kunjungan kami.

Setelah ditunggu-tunggu, datanglah paketan dari jogja. Paket itu bukan berisi  uang, hadiah, atau apa. Akan tetapi berisi berlembar-lembar kertas putih yang sangat berharga.haha…Isi paket itu adalah surat dan proposal kegiatan dari HIMABIO UNY yang akan kami ajukan ke lembaga penggedhe negara itu.

Setelah dibuka dan dicek, eh ternyata ada komponen dari proposal yang salah. Hari itu selasa tanggal 17 Juli 2012 kami siap memulai petualangan menuju lembaga penggedhe negara. Langkah kami hari itu dimulai dengan memperbaiki proposal yang salah. Kami menuju tempat fotocopy untuk mengganti cover proposal yuang salah itu. Namun malangnya nasib kami, toko fotocopy pertama yang kami kunjungi mesinnya rusak,hm…lanjut ke yang kedua. Eh..mbak-mbaknya katanya ga bisa ngerjain sesuai permintaan kami. Padahal kami Cuma meminta untuk proposal itu di bongkar dan diganti covernya. Tugas yang susah atau emang si mbaknya aja ya yang agak gak pinter.haha...Pusing waktu itu kami mencari-cari tempat fotocopy yang pinter. Eh la kok malah ada took Consina di deket tempat kami pusing itu. Hahaha….naluri seorang petualang outdoor menarik kami untuk berkunjung. Walau uang kami mepet..tapi ya ga papa lah masuk liat-liat, itung-itung refresing dan ngadem. Habis diluar panas banget.haha

Setelah ngadem di took consina, kami melanjutkan petualangan mencari took fotocopy yang pinter. Hm…berjalan kami bak 3  pemuda yang mencari kerja..Oh iya..di perjalanan ini kami tinggal 3 orang, satu teman kami Jarot udah duluin pulang ke jogja mau ujian SP katanya.ckckck..tega bener ya dia meninggalkan kami.haha…Cuaca tengah hari itu panas banget. Akhirnya kami temui juga tempat fotocopy yang pinter. Adalah dua pemuda yang jaga di took fotocopy itu. Semuala sih mas-masnya juga agak gap inter…orang pertama mereka juga menolak untuk membereskan proposal itu. Tapi setelah melalui proses diskusi panjang.hehe..sok banget yah…si mas-masnya akhirnya ngerti. Disobeklah cover proposal sama si pras dan dikerjain juga ma masnya.

Jrengg….setelah cukup lama mengunggu. Akhirnya berhasil juga. Hmbisa juga kan dikerjaian. Berarti siapa yang agak ngga inter?hoho….

Setelah proposal beres. Petualangan kami menuju kementrian dimulai lagi. Kami segera menuju shelter busway transjakarta terdekat. Langsung deh busway membawa kami ke Jakarja pusat. Suasana di dalam busway yang kami naiki saat itu penuh sesak. Padahal perjalanan ke Jakarta pusat lumayan jauh lho…cukup bikin pegel-pegel kalo berdiri.hxhxhx…Beruntung dah kami mendapatkan tempat duduk..hehe…gesit sih kitanya.

     Setelah gak tau berapa lamanya karena kami terlelap, akhirnya kami sampai di kompleks MENSESNEG. Hah…semula agak takut dan malu sih mau masuk. Tapi akhirnya dengan tekat bulat kami bertiga memulai langkah pasti menuju gerbang pintu masuk. Uih…serem….ada mas tentara bawa brem disana..haha…mentri sih ya…setelah masuk kami distop oleh bapak-bapak yang kayaknya satpam tapi bajunya warna item. Kami bertanya kepada si bapak itu gimanan alur penyampaian proposal yang benar. Maklum..ini kan pertama kalinya kami sampai di kantor penggedhe negara RI.hehe…Bapaknya lalu njelasin deh…tapi saat kami mau cabut, bapaknya meminta kami membuka tas-tas kami. Beliau memeriksa isi tas kami. Emangnya muka kami kayak teroris ya pak?pake digledah segala…haha…

Setelah melewati tembok pertahanan lapis pertama, kami segera melanjutkan langkah kami menuju gedung mewah berwarna putih. Eh iya..lupa kami belum pake almamater kebanggaan, hehe…pake dulu bro biar keliahatan gagahnya.hxhx..waduh..baru aja mau masuk ke gedung kami sudah disambut dengan mobil mentri yang kabarnya berharga lebih dari 1 M itu. Mobil ber plat nomor polisi RI 15 di parkir di depan gedung megah itu. Emang keren sih ya mobilnya, mahal sih…kerjanya gimana ya?semoga aja ga korupsi..hxhx..kasian rakyat-rakyat kecil kalo udah dikasih mobil more than 1 M and high salary kok masih korupsi.

Mewah bro…pintu gedungnya bisa mbukak ndiri..hehe..ndesa banget yah..kaya ga pernah liat aja. Jadi keinget dulu pernah ke BI di Jogja punya pintu yang serupa. Saat itu aku dan teman sekelasku aziz ga tau caranya gimana keluar dari gedhung. Karena malu bertanya, akhirnya aku ma dia nunggu orang-orang yang mau keluar. Biar pada ga curiga..kami liat-liat aja deh di dalem ruang.wkwkwk..dasar katrok…Dulu sih kagum. Tapi sekarang biasa aja kan udah punya pengalaman.hehe. Setelah masuk gedung megah itu, kami menemui penjaga kesekretariatan. Wah..bapak satpamnya bercanda, ternyata dia salah kasih info. Bukan di gedung itu ternyata untuk penerimaan proposal, tapi di gedung diseberangnya. Keluar deh kami dari gedung itu sambil melirik-lirik mobil mahal yang dinparkir di depannya.haha..

Tak lama berjalan, kami sampai di gedung seberang. Pintunya masih sama, bisa mbuka sendiri.hehe..wah..kami langsung disambut bapak satpam yang baik hati disini..beliau sangat ramah dan gokil juga.hehe…tanpa berdiskusi panjang kami langsung diarahkan ke keskretariatan untuk mengisi daftar kunjungan. Tahu siapa yang jaga disitu?mahasiswa UI bro..cewek semester 4 sama ma kita-kita. Pak satpamnya gokil nyuruh-nyuruh kita kenalan minta no hp dll. Padahal kami aja biasa aja kok.haha..Setelah mengisi daftar kunjungan langsung deh kami dairahkan untuk menyusuri lorong gedung itu hingga menemui ha yang gak kami pikirkan sebelumnya. Pasti kita semua berfikir pegawai kementrian itu berjas, berdasi, berpakaian klimis dan rapih. Ternyata gak juga bro…tak kami sangka bapak-bapak yang bertugas menerima proposal kami itu berpenampilan biasa aja, pakai kopiah, bajunya juga ga dimasukin, pake sandal dan merokok coba. Hm….malah kayak abang-abang yang dulu nyopir bajaj itu.haha..ampun…

Gedung MENSESNEG cukup mewah dalemnya. Bersih, rapih dan tertata rapih. Halaman depannya juga bersih dan indah. Rumput disana dijaga bener-bener dan dipotong rapih jadi terlihat indah. Yang paling aku suka adalah aturan yang ada kayak di kampus UNY. Dilarang menginjak rumput!hehe..sok biologist banget ya gue.

Cus setelah proposal kami diterima, kami langsung deh cabut dari gedung itu. Kami berjumpa lagi sama pak satpam yang ramah itu. Lagi-lagi beliau menyuruh kami berkenalan sama cewek yang jaga di meja keskretariatan.haha..soti pak..cewek jogja lebih cantik.hehe...Tidak lupa sebelum kami meninggalkan gedung itu kami narsis dulu dihalaman gedung itu. Kami berfoto dengan mobil-mobil mewah yang diparkir di depan gedung. Haha..sok banget lah..

Hiah..sial bagi kami. Baru sadar kami kalo kami belum meminta no. buat konfirmasi diterima atau gaknya proposal kami. Hm…balik lagi deh kami ke gedung. Padahal kami udah jalan cukup jauh sampai dekat pintu gerbang dan udah berpamitan tadi. Huih..malu deh masak mesti balik lagi. Untung bapak satpamnya tuh gokil. Jadi kami ya langsung dipersilahkan aja masuk kembali ke ruang tempat proposal diterima tadi.haha...kali ini satpamnya gak lagi nyuruh buat kenalan ma mbaknya. Udah bosen kali ya ga kami tanggepi.haha


Akhirnya kami berkesempatan juga berfoto dengan mobil more than 1 M. Setelah di kesempatan pertama kami gak foto karena malu banyak banget orang disitu, eh dikesempatan ini untung lagi sepi. Tanpa pikir panjang langsung deh kami jeprat-jepret dengan mobil itu,haha…kasian si Udin yang nungguin di gerbang, salah sendiri tadi gak ikut balik masuk.hehe..


Hal konyol kembali terjadi lagi sebelum kami benar-benar keluar dari MENSESNEG. Saat itu kami hendak berfoto-foto didepan papan tulisan kementrian kesekretariatan negara RI sebagai kenang-kenagan kalo kami pernah menginjakkan kaki disini. Tapi karena banyak orang dan takut dimarahin satpam, akhirnya kami Cuma berfoto dari jauh. Eh lakok ternyata bapak satpamnya tahu kalo kami pengen narsis. “Dik foto aja di depan papan gak papa”, kata pak satpam yang jaga dideket pintu gerbang yang ternyata baik hati juga.hehe…Waduh..matur thank you pake…cap cus deh jeprat-jepret kami di sana. Kembali lagi Cuma aku dan prast yang dijepret, si Udin jadi tukang jepret..hehe..maaf ya bro…belum rejekimu.wkwkwk

Yah…usai sudah kunjungan kami ke MENSESNEG siang itu. Pengalaman pertama yang berharga masuk di gedung mewah kementrian. Yah lumayan bisa buat cerita ke anak-cucu besok.hehe...Ternyata berkunjung ke lembaga tinggi negara lumayan asyik juga. Orangnya ramah dan konyol juga.hehe..

Setelah ini kami akan menuju ke KEMENDIKBUD yang katanya rumah mahasiswa mengadu. Tunggu ya cerinya…hal-hal tak kalah seru kami lalui disana.

Flowers

Flowers
The beauty Arachnis

Serangga galau

Serangga galau
The Romantic Insect

Amblyphigi

Amblyphigi
Salah satu biota penghuni ekosistem Gua
 

Browse